Sabtu 05 Feb 2022 03:35 WIB

Sederet Kendala Jamaah Umroh Saat Kembali ke Tanah Air

Sederet Kendala Jamaah Umrah Saat Kembali ke Tanah Air umroh.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Sederet Kendala Jamaah Umroh Saat Kembali ke Tanah Air. Foto:   Aturan Karantina untuk Jamaah Umroh Asing
Foto: republika.co.id
Sederet Kendala Jamaah Umroh Saat Kembali ke Tanah Air. Foto: Aturan Karantina untuk Jamaah Umroh Asing

IHRAM.CO.ID,JAKARTA—Anggota Kesatuan Tour Travel Haji Umrah Republik Indonesia (Kesthuri) Eko Kusumawan menyebutkan beberapa kendala yang kerap dialami jamaah umroh ketika kembali ke tanah air. Salah satu masalah yang paling sering ditemui adalah sulit dan lamanya proses pemesanan hotel karantina dan masa karantina. “Hasil tes PCR juga lama, bahkan tidak tentu. Ini sering membuat jamaah cemas,” ujar Eko kepada Republika.co.id, Jumat (4/2/2022).

Dia juga menyayangkan sikap petugas bandara yang menurutnya kurang ramah saat menyambut kedatangan para jamaah. “Jamaah umroh dan haji, pelaku perjalanan luar negeri, TKI, adalah warga negara yang sedang pulang ke negaranya sendiri, maka perlu disambut dengan ramah dan bersahabat,” kritiknya.

Baca Juga

“Buat warga Indonesia bahagia pulang ke tanah airnya,” sambung Eko. 

Kendala lain yang dikeluhkan Eko adalah perlunya melampirkan salinan sertifikat vaksin. Dia menyayangkan belum terintegrasinya data di aplikasi PeduliLindungi, yang membuat proses pendataan masih dilakukan secara manual dan kurang efisien. 

“Mengapa masih sering ditanya salinan sertifikat vaksin? Padahal sudah ada di PeduliLindungi, artinya ini masih belum terintegrasi sehingga masih tidak efisien,” keluhnya. 

Selain mengandalkan hotel karantina dan wisma atlet, Eko juga berharap agar wisma haji Pondok Gede dapat pula difungsikan sebagai pusat karantina, dimana tersedianya ruang terbuka untuk olahraga, juga masjid, sehingga jamaah dapat lebih leluasa saat beribadah.  

“Kalau bisa, embarkasi selain Jakarta juga dibuka, agar tidak ada penumpukan jamaah,” sambungnya. 

“Penambahan embarkasi keberangkatan diperlukan untuk memudahkan, menjaga stamina jamaah, efisiensi waktu maupun biaya. Kontrol bisa melalui siskopatuh yang sudah menjadi sistem Kemenag,” kata Eko.

Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Umrah Haji Indonesia (Sapuhi) Syam Resfiadi juga menyarankan hal serupa. Menurutnya, pembukaan bandara dan embarkasi di luar Jakarta memang telah lama dinantikan oleh para penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU). 

Pembukaan ini, kata dia, akan mempermudah anggota penyelengara haji dan umroh (PHU) daerah dalam memberangkatkan jamaah mereka. Syam juga memberikan beberapa rekomendasi bandara dan embarkasi yang perlu dibuka untuk memudahkan akses perjalanan umroh bagi jamaah di luar Jabodetabek. 

“Permintaan untuk memperbanyak dibukanya embarkasi dan bandara keberangkatan dan kepulangan jamaah umrah, oleh PPIU dan asosiasi agar para anggota BPU di luar soeta juga bisa memberangkatkan dari kota terdekatnya, seperti Surabaya, Solo, Makassar, Medan. Sehingga dapat memecah penumpukan jamaah dan mempermudah jamaah dari luar Jakarta, untuk dapat berangkat dari bandara terdekat di wilayah mereka,” ujarnya. 

Selain mempermudah perjalanan jamaah umroh, dibukanya bandara-bandara dan embarkasi di luar Jakarta, kata Syam juga dapat memecah kepadatan di Bandara Soekarno Hatta, yang selama ini menjadi satu-satunya pintu keberangkatan dan kepulangan jamaah umroh. Kepadatan pusat-pusat karantina di Jakarta juga dapat diminimalisir dengan membuka sejumlah bandara dan embarkasi di luar Jakarta, sambung Syam.

“Ini tentu dapat mempermudah agar jamaah di luar Jabodetabek agar tidak terlalu kelelahan karena durasi perjalanan yang jauh ke Jakarta, baik keberangkatan maupun kepulangan. Upaya ini juga diharap dapat memecah agar proses karantina dapat dilakukan di wilayah masing masing, karena kita tau, pusat pusat karantina di Jakarta sudah banyak yang penuh, baik wisma atlet maupun hotel karantina. Pembukaan embarkasi dan bandara di luar Jakarta ini juga dapat mengurangi kepadatan di Bandara Soeta, Embarkasi dan pusat pusat karantina di Jakarta,” tuturnya. 

Kabid Umroh Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Zaky Zakaria Anshary mengatakan, saat evaluasi bersama Kemenag dua hari lalu, semua asosiasi travel umrah mengusulkan dibukanya bandara lain untuk pemberangkatan dan kepulangan jamaah umrah. Diantara yang diusulkan adalah bandara Juanda di Sidoarjo, serta bandara di Medan dan Makassar, kata dia. 

Dia menegaskan, usulan tersebut ditujukan untuk mengurangi penumpukan pemberangkatan maupun kepulangan jamaah umrah. Saat ini rata-rata pemberangkatan umrah setiap harinya da 500 orang. Jumlah ini setara dengan seperempat PPLN yang masuk ke Indonesia yaitu rata-rata 2.000 orang setiap harinya.

Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) merespons permintaan travel supaya bandara lain dibuka untuk perjalanan umrah langsung ke Saudi. Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief mengatakan penggunaan bandar selain Soekarno-Hatta untuk pemberangkatan dan pemulangan jamaah umrah adalah kewenangan Satgas Covid-19.

“Sebab pembukaan akses kedatangan PPLN terkait dengan kesiapan fasiltias bandara serta layanan karantinanya,” ujarnya. 

“Kementerian Agama akan bersurat ke BNPB untuk mengusulkan pembukaan bandara di kota lainnya sebagai tempat pemberangkatan dan pemulangan jamaah umroh,’’ sambungnya.

Menurutnya, pertimbangannya adalah untuk mencegah penumpukan atau over load di bandara Soekarno-Hatta. Hilman mengatakan saat ini jumlah jamaah umrah yang berangkat sudah mencapai 8.000 lebih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement