Pada momen itu, seorang pejabat dari departemen pendidikan sempat menyambangi mereka. "Lepaskan hijab kalian. Jika kalian berpegang pada ini, kalian akan kehilangan pendidikan kalian," kata Farheen menirukan ucapan pejabat tersebut.
Farheen sama sekali tak mengerti mengapa situasi seperti sekarang dapat terjadi. "Kami sudah duduk di kelas selama bertahun-tahun dengan hijab. Sekarang tiba-tiba mereka memperlakukan kami seperti penjahat dan menahan kami di ruang kelas terpisah. Kami terluka," ucapnya.
Keputusan kampus menempatkan mereka di ruang kelas terpisah telah memicu kemarahan di kalangan mahasiswa lain dan aktivis. Perbuatan itu dianggap sebagai "apartheid agama".
Kendati telah memicu pergolakan, BJP tetap membela peraturan larangan penggunaan hijab di ruang kelas. Menurut partai sayap kanan Hindu itu, pemakaian hijab melanggar aturan tentang seragam.
"Lembaga pendidikan bukanlah tempat untuk mengamalkan agama seseorang. Gadis-gadis harus fokus pada pendidikan dan datang ke perguruan tinggi untuk belajar, bukan untuk menegaskan identitas," kata juru bicara BJP Ganesh Karnik.