Senin 14 Feb 2022 21:30 WIB

KH Abdul Madjid Guru Para Ulama Betawi (I)

KH Abdul Madjid itu akan selalu dikenang sebagai ulama besar dari Kelurahan Pekojan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Masjid Pekojan usai pemugaran pada tahun 1784.
Foto:

Pada mulanya, Abdul Madjid belajar agama kepada ayahnya sendiri. Pada 1897, anak itu memulai perjalanan panjangnya ke luar negeri. Makkah al-Mukarramah menjadi tempatnya untuk memperdalam ilmu-ilmu keislaman. Waktu itu, dirinya masih berusia 10 tahun.

Di Tanah Suci, Abdul Madjid kecil belajar kepada sejumlah ulama terkemuka. Di antara guru-gurunya adalah Syekh Mukhtar Atharid, Syekh Said al-Yamani, Syekh Umar Bajunaid al- Hadrami, serta Syekh Ali al-Maliki.

Selama di Haramain, Abdul Madjid mempelajari ilmu fikih, usul fikih, tafsir, hadis, dan gramatika bahasa Arab. Di samping itu, dirinya juga mengkaji ilmu tasawuf dan falak. Ketika dewasa kelak, putra daerah Betawi itu dikenal luas sebagai seorang ahli dalam kedua bidang keilmuan tersebut.

Selain itu, Abdul Madjid juga merupakan seorang hafiz. Ia berhasil menghafalkan Alquran 30 juz dengan baik sekali. Seorang penghafal Kitabullah akan dipandang istimewa di tengah masyarakat Betawi. Itulah pula yang dialami tokoh tersebut.

Setelah 20 tahun bermukim di Makkah, Abdul Madjid kembali ke Tanah Air pada 1917. Seperti para ulama Nusantara pada umumnya, ia langsung mengabdikan ilmunya dalam kegiatan belajar-mengajar. Begitu tiba di Jakarta--dahulu disebut sebagai Batavia--sang kiai pun mengadakan majelis keilmuan. Ceramahnya selalu diikuti banyak jamaah.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement