IHRAM.CO.I JAKARTA -- Ada banyak cara dilakukan iblis guna mengganggu manusia saat beribadah di masjid. Dikutip dari buku Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi dengan pentahqiq Syaikh Ali Hasan al-Halabi, Kebiasaan positif ini menjadikan orang itu dikenal sebagai ahli ibadah. Lalu orang-orang pun menemuinya, bermakmum terhadapnya, sehingga keadaan dirinya tersebar luas di tengah masyarakat.
Padahal, ini bagian talbis Iblis yang harus diwaspadai. Buktinya, mereka yang dicap sebagai ahli ibadah tadi menjadi semangat beribadah karena ia mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan akan didengar oleh orang-orang dan mendatangkan pujian.
Sungguh, sikap demikian bertentangan dengan hadits maupun atsar dari generasi Salaf. Dari Zaid bin Tsabit, Nabi ﷺ bersabda:
فَإنَّ أفضلَ صلاةِ المَرْءِ في بَيْتِهِ إِلاَّ الصَّلاةَ المكْتُوبَةَ
“Sesungguhnya shalat seseorang yang paling utama adalah di rumahnya, kecuali shalat fardhu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Amir bin Abu Qais tidak suka seseorang melihatnya mengerjakan shalat sunnah, maka dia pun tidak melakukan ibadah ini di masjid. Ibnu Abi Laila, saat tengah menunaikan shalat sunnah, lalu seseorang menemuinya, maka dia segera berbaring.
Iblis melancarkan talbis kepada beberapa ahli ibadah yang menangis di tengah orang banyak. Tangisan itu akan sulit sekali untuk ditahan jika sudah biasa dilakukan. Maka siapa saja yang mampu menutupinya namun malah menampakkannya, berarti dia sengaja berbuat riya.
Dari Ashim, dia menuturkan: “Jika Abu Wail shalat di rumahnya, niscaya dia menangis. Namun bila dia diberi segala kesenangan dunia dengan syarat menangis di hadapan orang lain, niscaya ia menolak atau tidak akan mau melakukannya.”
Ayyub as-Sikhtiyani rahimahullah, jika tidak kuasa menahan tangisannya sementara terdapat orang lain di dekatnya, maka dia akan berdiri dan segera pergi.
Iblis menipu beberapa ahli ibadah dengan talbis yang menyesatkan. Sehingga, Anda melihat mereka rutin mengerjakan shalat siang-malam akan tetapi mereka enggan berusaha mengobati penyakit hatinya serta tak memperbaiki pola makannya. Padahal, memperbaiki keduanya lebih utama daripada banyak beribadah sunnah.