IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Rabithah Haji Indonesia Ade Marfudin menjelaskan tahun ini jamaah haji Indonesia dapat berangkat melaksanakan ibadah haji dalam kondisi new normal.
"Meski diizinkan untuk melaksanakan ibadah haji, tetapi protokol kesehatan masih perlu diperhatikan dan perlu pembinaan maksimal,"ujar dia kepada Republika, Rabu (4/5/2022)
Pembinaan ini perlu dilakukan oleh kemenkes terutama puskes haji. Karena haji new normal banyak pembatasan di hotel, bus dan tempat umum.
Sehingga jamaah haji memiliki kesadaran akan kesehatan. Sehingga prioritas tak hanya pelunasan biaya haji saja.
Pembinaan ini dapat bermanfaat ketika jamaah haji tiba-tiba demam dan batuk lebih baik beristirahat di pondok dan tidak memaksakan diri untuk ibadah di tempat umum. Demikian juga terkait ibadah sunnah, jika sebelum pandemi bisa berkali-kali hingga berpuluh-puluh kali, maka pada masa new normal ini sebisa mungkin dikurangi.
Apalagi melihat kerumunan yang padat, lebih baik tidak memaksakan. Jika memang dalam kondisi tidak memungkinkan ketika wukuf maka dapat menggunakan safari wukuf.
Inilah yang dinamakan moderasi beragama dalam ibadah haji. Bukan merubah aturan seperti jumlah tawaf atau sai, tetapi perlu moderasi beragama dalam ibadah sunnah dengan melihat situasi dan kondisi di lapangan.
Selain itu, ibadah haji new normal ini seharusnya bukan hanya sekadar percobaan ibadah pasca pandemi. Tetapi lebih mengutamakan ibadah haji yang sebenarnya.
Sehingga pembinaan untuk ibadah wajib harus dilakukan tak hanya hitungan manasik. Tetapi setelah mendaftar haji seharusnya calon jamaah haji dapat dengan bebas belajar ibadah haji hingga benar-benar paham.
"Baik kantor kemenag maupun kbih bisa memberikan pembinaan dengan maksimal, tanpa perlu menghitung jumlahnya,"ujar dia.