IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Adalah Dinasti Murabithun (Almoravid) yang mendirikan kota Marrakesh pada 1070 M. Murabithun adalah dinasti Berber yang berasal dari Sahara dan menyebar di wilayah Afrika Barat-Laut hingga Semenanjung Iberia selama abad 11.
Dinasti ini menjadikan Marrakesh sebagai ibu kota Murabithun dengan kekuasaan meliputi wilayah Maroko hingga Spanyol. Sejarah mencatat, dinasti ini memiliki hu bungan sangat erat, bahkan sangat loyal, dengan kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.
Salah satu bukti loyalitas itu, pucuk pimpinan Murabithun tidak memakai gelar Amir al-Mukminin yang merupakan gelar khalifah di Baghdad. Marrakesh terletak di dataran Sungai Ten sift dan jalur utama pegunungan Atlas.
Menjadi ibu kota, Marrakesh tak cuma jadi pusat ber kumpulnya para ilmuwan dari berbagai penjuru, tapi juga basis kekuatan militer kerajaan. Murabithun, pendiri Marrakesh, dikenal sebagai pria- pria bertudung dari Sahara. Islam yang dibawa para pedagang melintasi Gurun Sahara membuat suku pengembara itu tertarik dan menerima hidayah menjadi penyembah Allah SWT.
Salah satu kepala suku Sinhajah Berber, Yahia ibnu Ibrahim sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah pada 1045 M. Di sana, ia ber jumpa dengan ulama Malikiyah, al-Qayrawan Abu Imran al-Fasi dan memintanya mengajar kan Islam kepada orang-orang di sukunya.
Di utuslah Abdullah ibnu Yasin untuk mendam pingi al-Qayrawan menyebarkan ilmu Islam ke selatan Maroko sekaligus sebagai syarat agar al- Qayrawan mau mengajarkan Islam kepada orang- orang dari suku Abdullah ibnu Yasin.
Abdullah ibnu Yasin sendiri sebenarnya cendikiawan yang pernah belajar di Cordoba dan Sevilla. Setelah sekian lama mengajarkan Islam, ia memilih memisahkan diri dari gempita kota besar dan tingal di pulau kecil dekat sungai Senegal.
Di bawah pengajaran Abdullah ibnu Yasin, Murabithun terinsipirasi berbagai kisah penaklukan yang dilakukan umat Islam terdahulu. Mereka kemudian meluaskan daerah ke Aghmat pada 1057-1058. Penaklukan-penaklukan besar dipimpin Abu Bakr ibnu Umar al-Lam tuni. Karena Aghmat terlalu kecil untuk mengembangkan sebuah dinasti, mereka lalu merambah wilayah Atlas Atas, yakni Marrakesh.
Dalam penaklukan Maroko, Abu Bakr ibnu Umar memiliki seorang komandan kepercayaan, Yusuf Ibnu Tashfin. Mendengar pemberontakan di selatan, Yusuf ibnu Tashfin mengirim pasukan dari utara untuk melawan pemberontak Zenata Berber pada 1063. Tujuh tahun kemudian, Fez juga berhasil direbut.