Selasa 18 Oct 2022 16:50 WIB

Tak Cuma Begal, Ini Rute Haji Paling Berbahaya Menurut Pelancong Ottoman Abad ke-17 

Rute haji dari Suriah ke Makkah pada abad ke-17 ditempuh melalui jalur darat

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi jamaah haji. Rute haji dari Suriah ke Makkah pada abad ke-17 ditempuh melalui jalur darat
Foto: @ReasahAlharmain
Ilustrasi jamaah haji. Rute haji dari Suriah ke Makkah pada abad ke-17 ditempuh melalui jalur darat

IHRAM.CO.ID, OXFORD – Seorang musafir Ottoman yang bersemangat dari abad ke-17, Evliya Celebi, meninggalkan catatan berharga tentang rute ziarah haji dan jalur stasiun antara Damaskus dan Makkah. 

Lahir di Istanbul dari keluarga kaya dan berpengaruh pada 1611, Celebi meninggalkan catatan perjalanan pribadinya. 

Baca Juga

Di dalamnya tergambarkan pengalamannya bepergian melalui berbagai desa dan kota di sepanjang rute haji dengan biaya dari Sultan Mehmet IV. 

“Celebi bukan orang biasa atau peziarah belaka, tetapi memiliki pangkat tinggi di istana Sultan,” kata Claudine Dauphin, yang merupakan afiliasi dari Somerville College, Oxford, sekaligus seorang spesialis dalam rute ziarah dan kamp. 

Pada 2 Maret 1671, Celebi meninggalkan Damaskus menuju Makkah dengan karavan haji. Dia menulis 10 catatan perjalanan yang menggambarkan Balkan, Rusia, Rumelia, Austria, Kaukasus, Suriah, Palestina, Armenia, Mesir, Sudan, dan Hijaz. 

Sejak zaman Sultan Suleiman yang Agung, yang secara hukum menetapkan hadiah dan uang dikeluarkan dari perbendaharaan Suriah pada 77 kepala suku untuk melindungi kafilah haji, para syekh dari suku-suku tertentu dengan 40 ribu hingga 50 ribu untanya menunggu kedatangan karavan peziarah ini. 

Dilansir di Albawaba, Selasa (18/10/2022), dari penggambaran Celebi yang gamblang ini bisa dibayangkan pengaturan kafilah haji dari sebuah kamp yang didirikan untuk digunakan selama beberapa hari, atau digunakan untuk istirahat dan persinggahan air. 

Dauphin menambahkan, dari catatan itu juga diketahui pada tengah malam terompet akan berbunyi untuk mengumumkan keberangkatan karavan. Pengepakan, pemuatan dan penempatan unta, kuda, dan bagal memakan waktu sepanjang malam, yang mana mereka bergerak saat fajar. 

Keamanan menjadi perhatian utama Amir Al Haj, atau komandan karavan. Mereka disebut akan mengorganisasi perlindungan militer yang terdiri dari 5.120 janisari bersenjata dan terorganisasi dengan baik untuk mengusir serangan Badui.

Dibawa pula unit kavaleri 2000 penunggang kuda, 200 pria pemberani bersenjata, dua pembawa bendera Tatar, 300 pembawa obor dan 30 musisi. Rencana perjalanan Celebi dari Damaskus ke Qatrana menggambarkan Kiswa, Qala'at Sinamayn, Zara'a dan Khan Tarkhana.

Selain serangan yang sering terjadi, para peziarah juga diceritakan harus menghadapi bencana alam dan unsur-unsurnya lainnya. 

“Ada khamsin (badai angin panas dan berpasir) yang mencekik dan badai pasir yang menyilaukan di akhir musim semi (Mei) dan musim gugur (September-Oktober). Tetapi banjir bandang musim dingin lebih berbahaya dan melumpuhkan, akibat hujan tiba-tiba dan melimpah meningkatkan laju aliran wadi,” ucap Dauphin. 

Yang paling berbahaya adalah Ngarai Balqa, bentangan lima kilometer yang biasanya memakan waktu tiga jam untuk dilalui. Dalam kondisi hujan tanpa henti dan banjir dari wadi yang tergenang air yang dihadapi para peziarah, perjalanan memakan waktu 10 jam. 

Masih dalam catatannya, Celebi juga disebut menggambarkan adegan yang penuh dengan kekacauan, yang mana kuda, bagal, unta dan keledai tenggelam di lumpur. 

Ditulis dalam bahasa Turki Utsmani dalam aksara Arab, catatan Seyâhatnâme Celebi ini diterjemahkan sedikit demi sedikit ke dalam bahasa Arab hingga terjemahan lengkapnya pun muncul baru-baru, oleh sarjana Yordania Abdulqader Al Husan. Nantinya direncanakan akan muncul pula versi bahasa Inggrisnya. 

 

Sumber: albawaba

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement