IHRAM.CO.ID Sejak berkecamuk pada 26 Januari 2011, perang Suriah tak juga menunjukkan tanda-tanda akan usai. Semakin hari, pertempuran antara militer Presiden Bashar Al-Assad dan pihak oposisi justru makin sengit. Bukan hanya jumlah korban nyawa yang makin meningkat, melainkan juga mengakibatkan kerusakan negeri Craddle of Civilization ini. Tak sedikit situs-situs bersejarah, termasuk yang dilindungi UNESCO menjadi korban perang.
Lokasi situs bersejarah Suriah sebagain besar berada di Kota Damaskus, Homs, Aleppo, dan sekitarnya. Celakanya, tempat-tempat tersebut merupakan lokasi gejolak perang yang paling sengit. Akibatnya, banyak situs bersejarah yang dikabarkan rusak, terbakar, hingga runtuh terkena serangan bom maupun senjata api.
Pada awal April, Reuters mengabarkan situs kota tua Palmyra rusak akibat peperangan sengit antara oposisi dan pasukan Assad. Bagian depan Kuil Baal di Palmyra terkena senjata mortir tentara Assad. Pun, tiang-tiang di sekitarnya penuh lubang karena terkena pecahan amunisi senjata api mereka. Bermaksud menggempur oposisi yang berlindung di sekitar Palmyra, para pasukan Assad tak segan menembakkan roket, mortir, dan artileri ke arah situs warisan dunia itu. "Selama dua bulan terakhir (Februari dan Maret), kami diserang bom setiap malam. Militer memosisikan diri di museum, di antara kota (Damaskus) dan peninggalan tersebut," ujar seorang pihak oposisi seperti dikutip Reuters.
Menanggapi berita kerusakan Palmyra tersebut, pihak pemerintah Assad menyangkalnya. Menurut Direktur Barang Antik dan Museum Kementerian Kebudayaan Suriah Maamoun Abdulkarim bagian dalam kuil Baal di Palmyra tersebut tidak rusak selama serangan militer. Adapun lubang di tiang-tiang kota kuno itu disebabkan peluru nyasar yang semestinya mengenai kebun kurma yang menjadi tempat perlindungan oposisi. "Situasi terkendali dan mengenai kerusakan pada lokasi arkeologi itu tida ada apa-apanya. Kendati demikian, kami menentang perang di lokasi arkeologi. Kami meminta semua pihak agar menjauh dari lokasi tersebut," ujarnya, seperti dikutip Reuters.
Sementara itu, benteng Krak des Chevaliers juga menjadi pertahanan pasukan Assad. Alih-alih menjauh dari situs warisan dunia tersebut, mereka justru mengirim rudal dan bom dari sana. Tak hanya itu, museum-museum Suriah juga mengalami perambokan dalam beberapa waktu terakhir. Banyak barang museum yang dicuri untuk dijual di pasar gelap. "Dalam tiga atau empat bulan terakhir, terjadi peningkatan penjarahan. Kami menerima video yang menunjukkan orang menarik ubin dengan palu di Apamea. Begitupun di Palmyra dan dalam berbagai penggalian klandestin," ujar direktur museum Suriah Hiba to Sajel.
Kerusakan parah juga dialami kota tua Aleppo. Masjid Ummayah Aleppo luluh lantak akibat perseteruan dua kubu. Pada 24 April, dikabarkan menara masjid tersebut porak poranda akibat serangan bom. Kantor berita Suriah SANA mengabarkan, pihak oposisi yang meledakkan menara masjid yang berusia puluhan abad itu. Tapi, menurut keterangan oposisi, pihak Assad yang melakukan perusakan masjid. BBC mengabarkan, kelompok oposisi mengatakan, menara tersebut menjadi sasaran tembak tank militer Bashar Al-Assad.
Kerusakan di masjid tersebut sebenarnya bukanlah kali pertama. Pada Oktober lalu, masjid peninggalan Umayyah itu dilalap api. Peluru bertebaran di pelataran masjid, pilar-pilar khas arsitektur Umayyah hancur lebur. Gerbang masjid yang mengarah ke pasar kuno habis terbakar. Mimbar dan tempat shalat pun ikut dilalap api. Padahal, mimbar yang dimiliki masjid tersebut serupa dengan mimbar masjid Al-Aqsa di Palestina yang juga habis terbakar. Sejak Oktober lalu, kondisi masjid telah rusak parah.
Kantor berita AP mengabarkan, kerusakan tersebut akibat baku tembak berkepanjangan antara militer Bashar Al-Assad dan pasukan oposisi. Meski demikian, baik pihak rezim maupun oposisi saling tuding siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan bangunan bersejarah tersebut.
Pihak oposisi mengatakan, militer Assad telah berbulan-bulan bersembunyi di masjid tersebut. Masjid telah lama menjadi basis pertahanan militer. Mengingat lokasinya yang sangat strategis di kawasan kota tua Aleppo. Mereka pun dituding telah mengotori tempat suci dan mabuk di tempat ibadah tersebut. "Semuanya menghitam sekarang," ujar seorang aktivis, Mohammad Al-Hassan, dilansir oleh AP.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata Allepo Rami Martini menyalahkan oposisi atas kerusakan tersebut. Menurutnya, pemberontak yang ingin menggulingkan Al-Assad menargetkan monumen kota dan barang berharga arkeologi. Menanggapi kabar kerusakan tersebut, Presiden Suriah Bashar Al-Assad telah memerintahkan perbaikan segera. Ia bahkan mengaku telah memerintahkan pembentukan sebuah komite perbaikan masjid pada akhir 2013. Adapun pihak oposisi naik pitam mendengarnya. "Dia membakar negara dan warisan sejarah, lalu ia mengatakan akan membangunnya kembali. Mengapa kamu menghancurkannya untuk memulainya kembali," kata Al-Hassan.
Tak hanya masjid yang hancur, pasar tertutup atau Sauk yang berada di dekatnya pun ludes terbakar. Api melahap Sauk hingga 500 toko ludes. Lorong berkubah di pasar tersebut pun rusak parah. Padahal, baik masjid maupun Sauk merupakan bagian dari bangunan bersejarah kota tua Aleppo yang terdaftar sebagai warisan dunia UNESCO.
Hancurnya kota tua Aleppo ini pun bukan kali pertama. Tercatat, lima dari enam situs sejarah warisan dunia di Suriah hancur akibat peperangan. Menurut UNESCO, konflik telah merusak beberapa situs yang sangat dilindungi dunia, di antaranya, Istana Crusader, Crac des Chevaliers, serta situs puing peninggalan kota kuno Palmyra.
UNESCO menilai, kedua belah pihak baik militer maupun oposisi ikut andil dalam kerusakan bangunan bersejarah di Suriah. Pihak UNESCO pun mendesak agar kedua belah pihak dapat menjaga situs sejarah.