Selasa 25 Oct 2022 21:00 WIB

Menelusuri Warisan Peradaban Islam di Hadhramaut

Selain kemegahan, juga tersimpan kearifan dan kebesaran.

Istana Al Katiri, Seiyun, Yaman.
Foto: wikipedia
Istana Al Katiri, Seiyun, Yaman.

IHRAM.CO.ID,Menelusuri warisan peradaban dan kebudayaan Islam di Provinsi Hadhramaut, Yaman, tak ubahnya menggali mutiara yang lama terpendam. Di sini tersimpan mutiara yang tak ternilai harganya. Sejumlah peninggalan bersejarah adalah mutiara tersebut. Salah satunya dari Dinasti Abbasiyah.

Peninggalan tersebut merupakan saksi bisu kejayaan dan kekuasaan Dinasti Abbasiyah yang telah menorehkan  tinta emas dalam sejarah perkembangan Islam. Peninggalan ini tersebar di sejumlah kota di Hadhramaut.

Baca Juga

Kaum Muslimin yang hidup di zaman ini bisa memetik pelajaran dan hikmah dari sejumlah peninggalan tersebut.  Selain kemegahan, juga tersimpan kearifan dan kebesaran. Spirit ini yang harus dibangkitkan dan dimiliki oleh Muslimin saat ini.

Istana Al Katiri

 

Istana ini berada di Kota Seiyun yang merupakan salah satu kota bersejarah di Hadhramaut.

Istana tanah setinggi 34 meter dan seluas 5.460 meter persegi tersebut dikenal dengan sebutan Istana Al-Katiri atau disebut juga Qasr al-Dawil yang berarti istana kuno atau  Qar al-Tsawrah yang berarti 'istana revolusi'.

Memasuki ruangan demi ruangan istana setinggi tujuh lantai ini, pengunjung serasa memasuki "dunia lain". Di lantai dua, para pengunjung dapat menikmati berbagai macam peninggalan antik dari peradaban Seiyun Sebelum Masehi, seperti mata uang kuno, alat pencaharian, serta batu-batu ukiran antik berusia ribuan tahun yang konon memiliki fungsi istimewa dalam dinamika keseharian masyakarakat kala itu.

Di lantai tiga, dipajang alat-alat pertanian, bercocok tanam serta peralatan perang, dan lantai empat dijadikan museum foto yang merekam dokumentasi masyarakat Seiyun selama puluhan tahun. Begitu pula lantai-lantai lainnya yang memiliki kekhususan tersendiri. N

Masjid Jami Shibam

Bidika Masjid Jami ini berada di Kota Shibam. Keistimewaan masjid ini bukan karena bangunannya yang megah menjulang sebagaimana masjid-masjid di kota-kota besar di Indonesia. Juga bukan karena kubahnya terbuat dari emas. Tetapi, karena masjid ini didirikan oleh sahabat Nabi, Labid ibn Ziyâd al-Ansârî, ketika diutus oleh Rasulullah untuk membawa bendera Islam ke Yaman.

Hingga saat ini, Masjid Jami Shibam telah mengalami beberapa renovasi. Bahkan, bangunan otentik yang didirikan Sahabat Labid diduga sudah tidak tampak lagi.

Masjid ini pernah populer dengan sebutan Masjid Harun al-Rasyid. Hal ini disebabkan karena pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Khalifah Harun al-Rasyid berperan besar dalam memberikan instruksi untuk merenovasi serta merekonstruksi bangunan masjid hingga menjadi sebagaimana yang ada sekarang. N

Museum  Shibam

Museum ini letaknya tidak jauh dari Masjid Jâmi Shibam. Ini merupakan sebuah museum kecil bersejarah. Museum ini ukurannya sempit, yaitu 10 x 15 meter. Di dalamnya tersimpan peninggalan berharga warisan Dinasti Abbasiyah, yaitu mimbar kayu.

Mimbar Shibam menjadi saksi bisu bagaimana seorang pemimpin politis sebuah pemerintahan juga memiliki peran vital dalam bidang agama. Usianya yang berabad-abad telah membuat rapuh sebagian besar pilar kayunya.

Museum Mimbar baru dibuka pada 2009, dengan dukungan tim teknisi dari Jerman serta donasi dana dari Sekretaris Umum Sektor Pariwisata dan Barang-Barang Purbakala Saudi Arabia Sultan ibn Salmin ibn Abd al Aziz. N

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement