Jumat 11 Nov 2022 18:00 WIB

Sistem al-Mulk yang Menginspirasi Madrasah di Dunia Islam

Madrasah yang dibuat Nizam al-Mulk terkenal di seluruh dunia.

Sistem Pendidikan di Madrasah(ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Sistem Pendidikan di Madrasah(ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, Saat pemerintahan Seljuk, gerakan pendidikan bahkan disponsori oleh para elite penguasa dan kelompok berpunya. Misalnya, seorang wazir bernama Nizam al-Mulk. Dengan madrasahnya, di kemudian hari, ia dikenal sebagai peletak tonggak pendidikan.

Sebab, pengajaran yang berlangsung di madrasahnya tertata dengan baik dan menggunakan silabus. Tak heran bila madrasah di Baghdad yang berdiri pada 1066 Masehi itu berpengaruh pada perkembangan madrasah yang mempunyai sistem pengajaran baik. Sejarawan Abu Shamah mengatakan, madrasah yang dibuat Nizam al-Mulk terkenal di seluruh dunia.

Baca Juga

Madrasah tersebut menjadi percontohan. “Tidak ada desa yang tidak memiliki sekolah yang memakai sistem al-Mulk,” jelasnya.

Karena sangat luasnya, intervensi negara pun mulai dilibatkan dalam beberapa pengawasan terhadap peng ajaran, seperti yang terjadi di Madrasah Nizamiyyah itu. Para penggagas sekolah harus mendapatkan izin dari khalifah setempat untuk memulai pengajaran pada penduduk lokal.

Tujuannya agar ada standar dalam kegiatan belajar dan mengajar. Setelah era rintisan Nizam al-Mulk, para penguasa seakan berlomba membangun madrasah, seperti yang dilakukan Sultan Nuruddin, yang naik takhta pada 1148. Walhasil, di kota-kota besar negara Islam, berdiri lembaga pendidikan seperti madrasah, di antaranya di pusat kerajaan di Damaskus dan kotakota besar lainnya di Mesir.

Sosok Salah ad-Din menjadi tokoh pendidikan di negeri piramida itu. Ia mendirikan lima perguruan tinggi di Kairo. Selanjutnya, sebanyak 26 madrasah ia bangun. Langkah ini diikuti oleh para pengikutnya dan kemudian juga penguasa berikutnya. Madrasah khusus bermunculan pula. Sebut saja madrasah bagi Muslimah hadir di Kairo pada 1237. Begitu pula di Damaskus.

Perintisnya ternyata putri dari Sultan Mamluk Tahir, sedangkan penggagas ide madrasah perempuan di Damaskus adalah Zamur rad, istri Nasir ad-Din Aleppo. Laju pertumbuhan kian cepat ketika pemerintahan Islam mengalami kejayaan. Dari catatan cendekiawan bernama Tawtah, kala itu ada 73 perguruan tinggi di Damaskus dan 41 di Yerusalem.

Selain itu, ada 40 unit di Baghdad, 14 di Aleppo, 13 di Tripoli, sembilan di al- Mawsil, dan 74 di Kairo. Di luar kota tersebut juga ada berbagai institusi serupa di kota lain. Dalam The Arabic Book yang ditulis J Pedersen, terungkap jumlah lebih fantastis. Menurut dia, ada sekitar 1.500 madrasah di luar hitungan 150 madrasah di wilayah Damaskus.

Seiring perkembangan ini, seluruh wilayah kekuasaan Muslim, dengan pengecualian wilayah Spanyol dan Sisilia, terjadi perubah an mendasar dalam bidang pendidikan. Jejaring perguruan tinggi dengan beragam kapasitas memenuhi kebutuhan pendidikan bagi puluhan ribu atau mungkin ratusan ribu siswa saat itu.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement