Senin 14 Nov 2022 19:50 WIB

Awal Mula Tradisi Penerjamahan di Masa Abbasiyah

Era penerjemahan oleh Dinasti Abbasiyah berlangsung selama satu abad.

Tradisi Penerjemahaan di Dunia Islam (ilustrasi)
Foto: Metaexistence.org
Tradisi Penerjemahaan di Dunia Islam (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kemenangan tentara Islam pada masa Khalifah al-Mahdi dan al-Rasyid dari Dinasti Abbasiyah atas Bizantium (Romawi Timur) memunculkan sebuah gerakan intelektual dalam sejarah Islam. Gerakan intelektual tersebut, menurut sejarawan Phillip K Hitty, disebabkan oleh masuknya berbagai pengaruh asing, seperti Yunani, Persia, dan India.

Penerjemahan dimulai dengan menerjemahkan karya ilmu pengetahuan, filsafat, dan sastra dari bahasa Yunani, Persia, Sansekerta ke dalam bahasa Arab. Tiga perempat abad setelah berdirinya Baghdad, yaitu pada awal abad kesembilan, pusat dunia literatur Arab itu telah memiliki karya-karya filsafat utama Yunani, seperti karya Aristoteles, Plato, dan juga karyakarya Persia serta India.

Baca Juga

Era penerjemahan oleh Dinasti Abbasiyah berlangsung selama satu abad dimulai sejak 750 M. Persentuhan dengan budaya Yunani bermula ketika Dinasti Abbasiyah pada masa Khalifah al-Ma’mun mulai memasuki wilayah kekuasaan Bizantium, seperti Antiokia, Iskandariyah, Suriah, Amorium, dan Ankara. Bahkan, Khalifah al-Manshur diriwayatkan berhasil memperoleh sejumlah buku dalam bahasa Yunani sebagai hadiah dari raja Bizantium. Titik tertinggi pengaruh Yunani terjadi pada masa Khalifah al-Ma’mun.

Kecenderungan sikap rasionalis khalifah dan para pendukungnya dari kelompok Muktazilah yang menyatakan bahwa teks-teks keagamaan harus ber sesuaian dengan nalar manusia, mendorongnya untuk mencari pembenaran bagi pendapatnya dalam karya-karya filsafat Yunani.

Namun, orang Arab tidak memahami bahasa Yunani sehingga hanya bisa bersandar pada terjemahan yang dibuat oleh penganut Kristen Nestorian. Orang Kristen Nestorian dari Suriah yang berada di bawah kekua saan Abbasiyah menguasai bahasa Yunani dan Aramaik, yaitu bahasa Semit kuno yang bertahan di Suriah sejak zaman Yesus.

Aramaik dialek Suriah disebut juga bahasa Siriak. Karena itu, karya-karya Yunani pertama-tama diterjemahkan ke dalam bahasa Aramaik dulu, baru kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Para penerjemah Nestorian tidak tertarik menerjemahkan karya-karya sastra Yunani. Mereka umumnya lebih sering menerjemahkan karya Yunani bidang filsafat, kedokteran, ilmu pengetahuan, dan astronomi. Dengan demikian, tidak terjadi kontak antara pengetahuan Arab dan drama, puisi, serta sejarah Yunani.

Karya-karya yang diterjemahkan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, seperti buku kedokteran Yunani karya Galen (wafat 200 M), matematika, dan ilmu pengetahuan gabungan karya Euclides (wafat 300 SM), yakni Element dan Almagest, yang diter jemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi al Majisthi, serta karya Claudius Ptolemeus (wafat 168 M).

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement