Senin 21 Nov 2022 22:55 WIB

Sekilas Hikayat Islam di Thailand

Wilayah pertama di negeri Gajah Putih yang menerima Islam adalah Patani.

Muslim Pattani Thailand, menjalankan ibadah Shalat Id di sebuah masjid di Provinsi Pattani, Thailand Selatan, Ahad (24/5).
Foto: REUTERS/Surapan Boonthanom
Muslim Pattani Thailand, menjalankan ibadah Shalat Id di sebuah masjid di Provinsi Pattani, Thailand Selatan, Ahad (24/5).

IHRAM.CO.ID, Islam masuk ke Thailand diduga melalui pedagang dari Arab, Cina, dan India pada abad ke-10 M. Ada pula yang mengatakan Islam masuk melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Wilayah pertama di negeri Gajah Putih yang menerima Islam adalah Patani. Patani dikenal memiliki pelabuhan yang strategis pada zamannya. Para pedagang dari berbagai negara berbondong-bondong berlabuh di Patani.

Saat itu, peradaban Islam juga sedang mengalami kemajuan yang begitu pesat. Tak heran jika para saudagar Islam dari semenanjung Arab dan berbagai wilayah lainnya juga berlomba datang ke Patani.Menurut Ensiklopedi Islam, para saudagar Islam mendirikan perkampungan. Berkembangnya wilayah Patani sebagai kawasan bisnis, Raja Phaya Tu Nakpa-penguasa Kerajaan Budha Inthira-memindahkan ibu kota pemerintahannya dari  Kota Mahligai ke Patani.

Baca Juga

Maklum saja, Kota Mahligai berada di wilayah pedalaman Patani sehingga tak strategis. "Dengan demikian, ketika ibu kota pemerintahan Budha Ithira dipindahkan ke Patani, umat Islam sudah ada yang bermukim di wilayah itu," tulis Ensiklopedi Islam. Perkampungan saudagar Muslim sudah berdiri di Patani jauh sebelum wilayah itu menjadi ibu kota pemerintahan Budha Ithira.

Dengan hadirnya perkampungan Muslim, penduduk Patani pun sudah mengenal Islam. Bahkan, sekitar 300 tahun sebelum perpindahan ibu kota ke Patani, penduduk di wilayah itu sudah banyak yang masuk Islam. Sembari berdagang, para saudagar Muslim pun biasa berdakwah menyebarkan agama Allah SWT.

Ada beberapa pendapat dan versi tentang proses masuknya Islam ke wilayah Patani. Versi pertama menyebutkan, Islam masuk ke Patani dari negeri Campa. Pendapat itu didasarkan pada batu nisan yang bertitimangsa 893 H. Versi kedua menyebutkan, Islam datang ke tanah Patani sejak abad 1 Hijriah, dibawa oleh para pedagang Arab yang berniaga di negeri Melayu. Para pedagang Muslim itu singgah di pelabuhan Patani yang menghubungkan dunia Arab dengan Cina dan India.

Versi ketiga meyakini, agama Islam yang menyebar di Patani berasal dari Kerajaan Samudera Pasai yang terletak di ujung utara Pulau Sumatra. Hal itu dibuktikan dengan persamaan mazhab keagamaan dan kebudayaan kedua kerajaan. Bahkan, dalam buku Hikayat Patani dan Sejarah Kerajaaan Melayu Patani disebutkan, Samudera Pasai merupakan sumber kerohanian Patani.

Kini, populasi Muslim di Thailand hanya sekitar 15 persen dibandingkan penganut Budha. Mayoritas Muslim tinggal di bagian selatan Thailand, yaitu sekitar 1,5 juta jiwa. Provinsi Patani, Yala, Satun, dan Narathiwat adalah tiga provinsi yang didominasi penduduk Muslim. Rata-rata penduduk tersebut berbahasa Melayu, yaitu berada di Patani, Yala, dan Narathiwat. Selain berbahasa asli Thailand dan Malaysia, terdapat juga penduduk yang berbahasa Cina.

Banyak Muslim Thailand secara etnik dan bahasa berasal dari bangsa Thai. Mereka berasal dari keturunan yang menikah dengan pedagang yang membawa Islam ke Thailand. Ada pula yang menikah dan berpindah agama menjadi Muslim. Di tiga daerah perbatasan Thailand dan Malaysia tersebut kebanyakan populasi Muslim berasal dari bangsa Melayu. Mereka yang dikenal sebagai bangsa Yawi ini berbicara bahasa Melayu yang tidak dimengerti oleh penduduk berbahasa Thai. Hal ini menciptakan identitas unik penduduk Muslim di Thailand.

Jauh di utara, seperti di beberapa daerah di tengah Thailand, terdapat bangsa Muslim Thailand yang berasal dari bangsa Hui. Kebanyakan bangsa Muslim Cina di Thailand berasal dari kelompok yang disebut Chin Ho atau Haw dalam bahasa Thai. Meski dalam sejarahnya Chin Ho bukanlah seorang Muslim.

Banyak sejarawan berpendapat nama tersebut adalah kombinasi dari Chin (Cina) dan Ho (Hui). Hal ini juga berhubungan dengan kesamaan pengucapan dengan Cheng Ho, salah sorang penjelajah terkenal dari Cina yang mengunjungi Thailand dalam sejarah awal Siam.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement