Sabtu 03 Dec 2022 23:30 WIB

Gaya Busana era Andalusia

Corak busana menyiratkan kemasyhuran Islam di bawah Dinasti Umayyah di Andalusia.

Andalusia ISpanyol) di masa Dinasti Umayah.
Foto: Google.com
Andalusia ISpanyol) di masa Dinasti Umayah.

IHRAM.CO.ID,Selama berabad-abad, kota-kota di Andalusia terkenal oleh keindahannya. Salah satu pujian pada Andalusia dilontarkan Maria Rosa Menocal dalam buku The Ornament of the World. Menurut dia, kawasan Andalusia yang dibangun Muslim itu adalah hiasan dunia yang cemerlang di Barat.

Kordoba dan kota lain dikagumi karena kemewahan dan kegemerlapannya. Salah satu yang membuatnya semarak adalah gaya berbusana masyarakatnya. Corak pakaian di wilayah itu begitu beragam.

Baca Juga

Saat itu, fungsi busana bukan sekadar penutup tubuh serta aurat, melainkan juga simbol status dan kedudukan. Lady Violante de San Sebastian dalam artikel berjudul Costumes of all Andalus, menyebut keragaman corak busana menyiratkan kemasyhuran Islam di bawah Dinasti Umayyah di Andalusia.

Kawasan ini mencapai puncak kejayaan ketika khalifah Abdur ar Rahman III memegang tampuk kepemimpinan. Itu berlangsung pada tahun 929. Dia membangun sejumlah kota di Andalusia dengan tatanan terbaik dan bertabur kemegahan.

Sederet pencapaian penting mampu diwujudkan, antara lain di bidang budaya, ilmu pengetahuan, pertanian, hingga arsitektur. Perkembangan industri busana dan model pakaian turut mewarnai geliat peradaban di seantero wilayah Andalusia.  

Terlebih didukung stabilitas politik selama beberapa abad. Aspek kemasyarakatan tumbuh pesat. Kordoba, misalnya, menjelma sebagai kota metropolitan. Banyak pendatang dari berbagai negeri singgah dan menetap.

Interaksi antarbangsa, agama, dan budaya tercipta. Kondisi itu berkontribusi terhadap keanekaragaman jenis dan gaya pakaian di wilayah itu. Lebih jauh, Lady Violante mencatat, perbedaan model pakaian ditentukan beberapa hal.

Pertama, status dan kedudukan di tengah masyarakat. Khalifah, keluarga istana, dan saudagar kaya, mewakili golongan berpunya. Mereka memiliki ciri pakaian yang mewah serta berkualitas tinggi. Bahan paling digemari adalah kain sunduri dan sutera.

Mereka menyukai jubah. Busana itu bertabur benang emas dan terbuat dari bahan mahal. Jubah panjang dengan lengan lebar sangat nyaman dikenakan dan bisa melindungi tubuh dari suhu panas atau dingin.

Jubah mewah melambangkan kekuasaan dan kekayaan. Para petinggi dan bangsawan juga senang mengenakan durra'a, sejenis baju berkancing dari bahan sutera. Durra'a terdiri atas dua jenis. Pertama, yang berukuran besar dan memiliki lengan panjang serta lebar, namun menyempit di bagian ujung. Jenis ini kerap dipakai oleh musisi, hakim, sarjana, pangeran, atau pelayan istana. Khalifah selalu memberikan busana ini sebagai hadiah bagi bawahannya atau tamu dari luar negeri.

Jenis yang kedua adalah dhurra'a yang bercorak ketat di badan, pun lengannya tidak terlampau lebar. Busana itu dilengkapi celana panjang sehingga cocok untuk aktivitas berburu, olahraga, dan lainnya. Gamis pun tak kalah populer pada abad ke-10 dan 11 itu.

Tak hanya kalangan berpunya, rakyat biasa turut mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan katun dan kain lina ini. Untuk sehari-hari, kaum pria Muslim pun mengenakan celana panjang atau sarawil.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement