Kamis 29 Dec 2022 14:01 WIB

Pesan Damai Masjid Cheng Ho Surabaya

Ekspedisi muhibah Cheng Hoo justru membawa pesan perdamaian.

Umat Islam melaksanakan Tarawih di Masjid Cheng Hoo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/5)
Foto: Antara/Zabur Karuru
Umat Islam melaksanakan Tarawih di Masjid Cheng Hoo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/5)

IHRAM.CO.ID,Cheng Ho dikenal sebagai seorang laksamana perang dari Dinasti Ming, Cina (Tiongkok). Atas perintah Kaisar Chu Li, Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi ke berbagai belahan dunia, termasuk Nusantara. Cheng Ho yang beragama Islam turut menyebarkan agama Islam di Nusantara. Hingga kini, namanya dikenal sebagai seorang penyebar Islam asal Cina di Nusantara.

Oleh karena itu namanya diabadikan pada sejumlah masjid dengan nama Masjid Cheng Ho. Antara lain, Masjid Muhammad Cheng Ho di Surabaya yang diresmikan pada 13 Oktober 2002; Masjid Cheng Ho di Pasuruan diresmikan pada Juni 2008; ada juga di Palembang yang diresmikan pada Agustus 2008. Selain jasa-jasanya, Cheng Ho juga dikenal sebagai seorang sosok yang memiliki andil besar dalam membangun keharmonisan lintas rasa, suku, budaya, dan agama.

Baca Juga

Sejarah mencatat iring-iringan 62 kapal besar dan 225 kapal kecil bergerak dari Tiongkok ke negara-negara di Benua Asia dan Afrika yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho. Dalam ekspedisi tersebut, terdapat 27 ribu awak kapal yang terdiri atas prajurit, ahli astronomi, ahli geografi, politikus, ahli bahasa, tabib, juru tulis, intelektual, serta ahli agama. Ekspedisi yang diperintahkan oleh Kaisar Chu-Li, kaisar ketiga Dinasti Ming, tersebut diakui sebagai yang pertama dan yang terbesar sepanjang zaman. Kapal yang ditumpangi Cheng Ho bernama 'kapal pusaka'. Panjangnya mencapai 140 meter, lebar 56 meter, lima kali lebih besar dari kapal Columbus.

Berbeda dengan penjelajah asal Eropa, semacam Columbus dan Vasco da Gama yang mengusung semangat imperialisme, ekspedisi muhibah Cheng Hoo justru membawa pesan perdamaian. Dalam kurun waktu 1405-1433 M, ia singgah di kepulauan Nusantara di antaranya kota-kota di Jawa, seperti Semarang, Tuban, Gresik, dan Trowulan (Mjokerto) yang saat itu menjadi pusat Kerajaan Majapahit.

 

Di kota-kota itu, semangat persaudaraan Cheng Ho diterjemahkan dalam pendirian tempat-tempat ibadah yang memadukan gaya arsitektur Tiongkok dan Jawa hingga ciri kedua budaya yang menyatu secara serasi. Fakta itu menggambarkan keterbukaan kedua kelompok masyarakat: pribumi dan pendatang, yang sama-sama berkomitmen membangun keharmonisan sosial di atas perbedaan. Sayang, keharmonisan itu akhirnya runtuh akibat politik pecah belah negara-negara penjajah.

Jasa-jasa Cheng Ho tersebut memberikan inspirasi Pembina Iman Tauhid Islam atau Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Surabaya untuk mendirikan masjid atas namanya, Masjid Muhammad Cheng Ho. Nama asli Cheng Ho adalah Ma Ho. Dikatakan oleh Freddy H Istanto, dalam Semangat Admiral Cheng Ho dan Ekspresi Toleransi Masjid Muhammad Cheng Ho Indonesia, kebanyakan dari komunitas Muslim Tionghoa di selatan Tiongkok memiliki nama keluarga 'Ma' yang sering dikaitkan dengan nama 'Muhammad'. Nama itulah yang akhirnya juga disematkan pada masjid indah itu.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement