IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Ulama asal Banten yang berkiprah di Masjidil Haram, Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Banten menjelaskan bahwa salah satu dari 77 cabang iman adalah bersyukur. Hal ini disampaikannya dalam buku 77 Cabang Iman.
Jika melihat ayat Alquran yang menjelaskan bahwa Allah tidak akan menyiksa kamu jika kamu bersyukur dan beriman. Nampaknya, bersyukur termasuk salah satu cabang iman yang terpenting. Agar selamat di dunia dan akhirat, seorang hamba harus pandai bersyukur.
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ ࣖ
Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (QS Al-Baqarah: 152)
مَا يَفْعَلُ اللّٰهُ بِعَذَابِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰمَنْتُمْۗ وَكَانَ اللّٰهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا ۔
Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (QS An-Nisa: 147)
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ada empat hal, barang siapa yang pada dirinya terdapat hal tersebut niscaya sempurna keislamannya, meskipun dari ujung rambut sampai kakinya terdapat kesalahan. Empat hal tersebut
adalah: kejujuran, syukur, malu berbuat maksiat, dan budi pekerti yang baik."
Syukur mengandung tiga unsur. Pertama, ilmu, yaitu mengetahui bahwa semua kenikmatan yang diterima pada hakekatnya adalah dari Allah SWT. Sedangkan semua orang yang menjadi sebab dari kenikmatan tersebut pada hakikatnya hanyalah sebagai perantara semata yang dipaksa oleh kehendak dan kekuasaan Sang Pemberi nikmat, yakni Allah SWT.
Namun Allah SWT mengajarkan kepada kita, agar kita pandai berterima kasih kepada orang-orang yang menjadi perantara dari kenikmatan Allah SWT tersebut.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Yang tidak termasuk bersyukur kepada Allah adalah orang yang tidak bersyukur kepada manusia. Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah."
Kedua, hal atau keadaan, yaitu kegembiraan karena datangnya nikmat. Di antaranya, gembira karena melihat wujud dari kenikmatan yang datang. Gembira karena melihat manfaat dari kenikmatan yang datang. Gembira karena memandang kepada pemberian nikmat dari Sang Pemberi nikmat. Kegembiraan hati termasuk unsur syukur.
Ketiga, amal yaitu penggunaan kenikmatan yang telah diterima. Di antaranya untuk menuruti keinginan nafsu yang bukan maksiat. Untuk digunakan sesuai dengan keinginan dan tujuan Sang Pemberi nikmat yaitu Allah SWT. Amal termasuk unsur syukur.
Menurut Syeikh Syubuli, syukur adalah memandang kepada Sang Pemberi nikmat dan tidak memandang kepada kenikmatan. Sebagian ulama berpendapat bahwa kesyukuran orang awam adalah terhadap kebutuhan dasar yaitu makanan, minuman, dan pakaian. Sedangkan kesyukuran orang khusus adalah terhadap hal-hal yang datang pada hati atau jiwa.