Rabu 01 Oct 2014 09:03 WIB

Agar tak Tersesat

Jamaah haji di Tanah Suci.
Foto: Republika/Natalia Endah Hapsari/ca
Jamaah haji di Tanah Suci.

Diasuh oleh: Ustaz HM Rizal Fadillah

Assalamualaikum wr wb.

Ustaz, banyak sekali jamaah haji Indonesia yang tersesat saat menunaikan ibadah, baik di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi. Bagaimana caranya agar kita tak sampai tersesat? Lalu, adakah doa saat kita mengalami lupa jalan saat di Tanah Suci?

Taufik -Banda Aceh

Waalaikumussalam wr wb.

Kecuali yang memang terkena penyakit depresi atau disorientasi, jamaah haji yang tersesat biasanya disebabkan oleh faktor lupa antara berangkat ke masjid dan kembali ke pemondokan. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat jamaah haji pada umumnya baru pertama kali mengenal tempat yang dijejakinya.

Meski demikian, tentu saja lebih banyak jamaah yang dapat menguasai medan daripada yang tersesat. Untuk antisipasi agar tidak tersesat atau ternyata memang kita tersesat, kiranya jamaah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, menghafal nama pemondokan/hotel dan area lokasi pondokan, kemudian menghafalkan perjalanan dari pondokan/hotel ke Masjid Nabawi/Masjidil Haram dengan mengingat tanda-tanda yang menonjol dari yang telah dilewatinya apakah gedung atau tanda lainnya.

Kedua, mengingat pintu saat kita masuk masjid apakah nomor atau nama, misalnya, Babul Malik Abdul Azis atau Babul Malik Fahd jika dari Misfalah, Bakhutmah, ataupun Jarwal atau misal pintu masuk arah Marwah untuk pondokan yang dari Aziziyah, Ma’abdah, Ray zahir. Untuk jamaah yang menggunakan bis salawat sebaiknya mengingat lokasi terminal tentunya.

Ketiga, melengkapi identitas diri baik gelang, tas paspor, syal, ID card, kartu maktab, kartu hotel, atau hal lain yang berguna untuk ditunjukkan kepada orang lain jika ingin bertanya arah pulang.

Keempat, jika lupa dan sulit mendapat kejelasaan arah, sebaiknya kembali saja ke Masjid Nabawi atau Masjid Al Haram menunggu kalau kalau nanti ada yang mencari dari jamaah atau petugas di kloter. Daripada lelah berjalan kaki ke sana ke sini yang membuat diri menjadi panik. Lebih baik menunggu di masjid, terutama dekat pintu masuk biasa jamaah kita masuk/keluar.

Kelima, jika kita bertemu dengan jamaah atau petugas haji yang membawa ke pondokan atau ke kantor sektor manapun tidak perlu khawatir, sebab petugas sektor akan mengantar kita dengan kendaraan ke pondokan kita kembali nantinya.

Keenam, bila tersesat cepat istighfar dan banyak berzikir serta berdoa agar ditunjukkan jalan yang mudah untuk kembali, usahakan tidak panik dan yakin akan bisa ditemukan jalan dan ada pertolongan.

Ketujuh, selalu membawa uang riyal secukupnya, misal, 10 sampai 50 riyal yang berguna untuk membeli makanan atau membayar taksi jika diperlukan darurat. Jangan membawa uang berlebihan yang rawan keamanan jika kita dalam keadaan tersesat dan panik.

Adapun untuk doa jika tersesat di Makkah atau di Madinah tidak didapat dalil yang khusus, tapi yang umum mungkin bisa digunakan, seperti “Allahumma laa sahla illa ma ja’altahu shlaa wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa” (Ya Allah tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Dan apabila Engkau berkehendak, Engkau akan menjadikan kesusahan menjadi kemudahan)—HR Ibnu Hibban. Menurut Al Bany, hadis ini shahih, “Isnadnya shahih sesuai syarah Muslim.”

Doa dengan bahasa dan formulasi sendiri dengan keyakinan penuh kepada Allah Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar juga tidak mengapa, bahkan mungkin bisa lebih makbul. Wallahua’lam bish shawwab.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement