Kamis 09 Oct 2014 13:59 WIB

Menginap di Mina

Jamaah haji mabit di Mina.
Foto: Republika/M Subarkah/ca
Jamaah haji mabit di Mina.

Diasuh oleh Ustaz HM Rizal Fadillah

Assalamualaikum wr wb.

Ustaz, amalan apa yang harus dilakukan selama menginap di Mina?

Nouriesta - Bogor

Waalaikumsalam wr wb.

Amalan selama mabit di Mina pada hari nahar dan tasyrik adalah: Pertama, melontar jumrah Aqabah pada 10 Dzulhijjah. Waktu utama dalah Dhuha. Tapi, dibolehkan hingga terbenam matahari. Jika ada uzur syar’i sehingga melewati waktu itu, tidak mengapa melontar setelah terbenam matahari.

Caranya, melontar tujuh buah kerikil dengan bertakbir pada tiap lontarannya. Lalu, berdoa menghadap kiblat, “Allahummaj’alhu hajjan mabruuron wa dzanban maghfuuron.” (Ya Allah jadikanlah haji ini mabrur dan dosa yang diampuni).

Kedua, bertahalul. Mencukur rambut, baik dengan memendekkan maupun menggunduli. Gundul lebih utama dibandingkan mencukur pendek. Nabi mendoakan tiga kali bagi yang dicukur habis (gundul) dan mendoakan satu kali bagi yang hanya memendekkan. Sedangkan, untuk wanita cukuplah bertahalul dengan memotong beberapa helai rambutnya saja.

Ketiga, jika memungkinkan, pada 10 Dzulhijjah tersebut jamaah berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan tawaf ifadhah beserta sai. Jika berat untuk dilakukan, dibolehkan menunda pelaksanaan tawaf ifadhah tersebut hingga akhir hari tasyrik, bahkan sebagian ulama membolehkan sampai akhir Dzulhijjah.

Keempat, menyembelih hewan hadyu pada hari nahar (10 Dzulhijjah) ataupun hari tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah). Al Hadyu adalah bahiimatul an’am (binatang ternak), seperti unta, sapi, dan domba yang disembelih karena Allah dalam rangka haji. Binatang tersebut suka diberi kalung sebagai tanda. Karenanya, disebut juga al Qalaid yang artinya binatang berkalung.

Kelima, melontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari tasyrik. Setiap hari melontar tia kali sebanyak tujuh batu. Caranya, di Ula jamaah melontar tujuh buah batu, setiap lontaran bertakbir “Allahu Akbar” boleh juga “Bismillahi Allahu Akbar”. Lalu, menghadap ke arah Ka’bah berdoa, “Allahummahaj’alhu hajjan mabruuron wa dzanban maghfuuron”.

Di Wustha juga demikian melontar tujuh buah batu dengan takbir dan berdoa sama sebagaimana saat di Ula. Sedangkan, di Aqabah  jamaah setelah melontar tujuh buah batu tidaklah berdoa menghadap Kiblat lagi, tapi langsung berlalu saja kembali ke kemah.

Keenam, selama berada di kemah, jamaah melakukan berbagai kegiatan, seperti shalat dijamak qashar, membaca Quran, berzikir, ataupun mendengarkan tausiah dari para pembimbingnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement