Oleh: zaky Al Hamzah, Madinah, Arab Saudi
REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Dalam rangka mengkaji sistem baru penempatan jamaah haji di Madinah tersebut, Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kemenag RI, Abdul Djamil bersama Kepala PPIH Daker Madinah, Nasrullah Djasam menggelar pertemuan dengan pihak Majmuah (penyedia pemondokan/akomodasi) dan Muassassah Adilla di Madinah, Arab Saudi. Pertemuan dilakukan secara kontinyu dalam beberapa hari terakhir.
"Kunjungan kita untuk berdiskusi tentang pola penyewaan apakah yang ideal untuk jamaah haji kita. Apakah sewa layanan seperti sekarang ini sewa musiman seperti di Makkah," kata Nasrullah.
Kekhawatiran PPIH Madinah dan Kemenag RI tersebut beralasan. Sebab, sebanyak 17 ribu jamaah haji Indonesia gelombang pertama sempat ditempatkan di pemondokan/hotel di luar Markaziah oleh sembilan Majmuah yang wanprestasi. Sembilan dari 10 Majmuah wanprestasi tersebut terhadap kontrak penempatan jamaah haji di pemondokan/hotel di area Markaziah.
Kesembilan Majmuah ini adalah Ilyas, Makarim, Sattah, Mubarok, Andalus, Sais Makki, Manazil Mukhtaro, Manazili, dan Mawaddah. Sedangkan Majmuah yang menepati janji adalah Zuhdi. Kemenag RI akhirnya memberikan kompensasi 300 riyal dari hasil denda yang diambil dari para Majmuah wanprestasi kepada 17 ribu jamaah haji tersebut.