Ahad 19 Oct 2014 09:21 WIB

Madinatul Hujjaj Diusulkan Difungsikan Kembali (1)

WNI overstayer (WNIO) melakukan pendataan di Madinatul Hujjaj, Jeddah, Arab Saudi.
Foto: Dok. KJRI Jeddah
WNI overstayer (WNIO) melakukan pendataan di Madinatul Hujjaj, Jeddah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah

JEDDAH -- Komisi Pengawasan Haji Indonesia (KPHI) menyarankan penggunaan kembali bangunan Madinatul Hujjaj (asrama transit) di Jeddah, Arab Saudi. Bangunan tersebut sangat representatif dalam pelayanan jamaah haji Indonesia di Tanah Suci.

"Karena bangunan ini terintegrasi. Ada pemondokan, balai pengobatan (Balai Pengobatan Haji Indonesia/BPHI) dan ruang kargo maskapai, bisa untuk administrasi dan sebagainya," ujar Ketua KPHI Slamet Effendy Yusuf di Jeddah, Arab Saudi, jumat (17/10).

Bersama rombongan KPHI, Wakil Ketua PPIH Indonesia di Arab Saudi, Arsyad Hidayat dan Kepala PPIH Daerah Kerja (Daker) Jeddah, Ahmad Abdullah Yunus, Slamet Effendi meninjau Madinatul Hujjaj di Jeddah, Arab Saudi.

Slamet menilai keberadaan Madinatul Hujjaj sangat efisien terutama bila jadwal penerbangan maskapai penerbangan terjadi keterlambatan (delay). Sehingga, jamaah tak dibuat bingung harus bolak-balik dari Bandara Internasional King Abdul Aziz, ke Madinatul Hujajj.

Meski demikian, Slamet menyadari kondisi bangunan Madinatul Hujjaj sudah tidak layak, karena berusia tua dan kontruksi bangunan sudah rapuh.

Informasi dari PPIH Indonesia di Arab Saudi, Kementerian Agama (Kemenag) RI menghentikan pengoperasian Madinatul Hujjaj sebagai tempat transit jamaah haji Indonesia sejak tahun 2005 atau era Menteri Agama (Menag) Muhammad Maftuh Basyuni.

Pendek kata, sembilan tahun terakhir atau sejak 2005, Madinatul Hujjaj sudah tidak digunakan. Pertimbangannya faktor kontruksi bangunan yang mulai rapuh dan rawan ambrol jika dipaksakan ditempati jamaah haji Indonesia.

Saat ini, bangunan tersebut hanya dimanfaatkan untuk operasional BPHI (merawat dan mengobati jamaah haji yang sakit), penempatan sejumlah kendaraan operasional haji dan bagasi barang (kargo) oleh Maskapai Penerbangan Garuda serta pemeriksaan koper jamaah untuk memastikan apakah berisi air zam-zam atau tidak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement