Ahad 19 Oct 2014 09:31 WIB

Madinatul Hujjaj Diusulkan Difungsikan Kembali (3-habis)

WNI overstayer (WNIO) melakukan pendataan di Madinatul Hujjaj, Jeddah, Arab Saudi.
Foto: Dok. KJRI Jeddah
WNI overstayer (WNIO) melakukan pendataan di Madinatul Hujjaj, Jeddah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah

Ke-33 ribu jamaah haji ini, jelas Ahmad Abdullah, merupakan sebagian dari sekitar 77 ribu jamaah haji yang sempat tinggal 9-10 hari di Madinah. Artinya, sekitar 44 ribu jamaah lain pulang ke Indonesia melalui Bandara Pangeran Mohammad Bin Abdulaziz, Madinah.

"Jamaah perlu diinapkan selama di Jeddah setelah dari Madinah, perjalanan Madinah ke Jeddah ditempuh selama lima-enam jam. Sebelum terbang ke Indonesia, mereka perlu menginap semalam di hotel di Jeddah," ujar Ahmad Abdullah. Dia melanjutkan keberadaan Madinatul Hujjaj sangat representatif asalkan direnovasi terlebih dahulu.

Arsyad Hidayat menjelaskan, saat Madinatul Hujjaj dipergunakan, biaya sewa menginap adalah 100 riyal per jamaah. "Namun pelayanannya memprihatinkan, maka saat itu dipikirkan untuk menempatkan jamaah di hotel-hotel," kata mantan Kepala PPIH Daker Makkah ini.

Pantauan Republika, secara fisik, bangunan Madinatul Hujjaj tak terlalu buruk. Kontruksi utama bangunan tersebut masih ada di tengah kota Jeddah.

Saat masih dioperasikan, bangunan ini dapat menampung sekitar 20 ribu jamaah haji Indonesia. Jarak bangunan ini dengan Bandara Jeddah sekitar 30 km atau 1,5 jam perjalanan menggunakan bus.

Di dalam bangunan ini terdapat Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Daker Jeddah untuk perawatan dan pengobatan jamaah haji yang sakit atau menjalani kontrol.

BPHI Daker Jeddah ini dipimpin Kasie Kesehatan PPIH Daker Jeddah dr Lucky Tjahjono. Jamaah haji yang dirawat di BPHI ini merupakan jamaah yang sempat dirawat di Klinik Kesehatan di Bandara Jeddah atau disebut Oktagon, namun membutuhkan rujukan.

"Kalau jamaah haji saat dirawat di BPHI ini sudah sehat, akan dikembalikan ke rombongannya atau ketua kloter. Tapi, kalau butuh rujukan, akan ditujuk ke RS International King Fadh Jeddah," ujar dr Lucky.

Tahun 2009, Menag Muhammad Maftuh Basyuni mempertimbangkan penggunaan kembali Madinatul Hujjaj (asrama transit) di Jeddah, Arab Saudi, guna memudahkan koordinasi pengurusan jamaah haji Indonesia di Tanah Suci pada masa mendatang.

"Jika hal itu memungkinkan, saya lebih cenderung menggunakan Madinatul Hujjaj sebagai asrama transit kedatangan dan pemulangan jemaah haji Indonesia," kata Maftuh Basyuni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement