REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Petugas langsung mengantarkan Muchbir ke Pemondokan 801 di Hotel Al Jawaharah. Begitu berada di lantai lima Menara Tiga Hotel Al Jawaharah, Muchbir langsung menciumi istrinya. Air mata haru Tjawen pun tumpah ketika memeluk suami yang menikahinya 34 tahun lalu.
Ketika duduk berdampingan di lorong lantai 5 tersebut, keduanya pun melepas rindu dengan saling melempar pujian. Muchbir menyebut Tjawen sebagai istri yang setia. Ketika Muchbir belum mendaatkan visa haji, Tjawen memundurkan keberangkatannya. Tjawen ingin berangkat bersama suaminya. Seharusnya, keduanya tergabung dalam Kloter SOC 03 Embarkasi Solo.
Mendengar suaminya bercerita, giliran Tjawen memuji Muchbir sebagai orang yang sabar. Suaminya tidak menunjukkan kekesalan meskipun keberangkatannya tertunda. Padahal, Tjawen mengaku dia sempat menangis karena keberangkatannya tertunda. "Dia orang yang paling sabar, pada akhirnya saya pun bisa menjalani ini dengan sabar," ujar Tjawen.
Namun, Muchbir tetap tidak tega menunggu istrinya terlambat berangkat. Dia meminta Tjawen berangkat lebih dulu dan menantinya di tanah suci. "Saya langsung kontak anak-anak bilang agar ibu berangkat lebih dulu," kata ayah tiga anak dan enam cucu ini.
Pada 25 Agustus 2015, Tjawen tergabung dalam Kloter SOC 11 berangkat ke tanah suci melalui Bandar mendarat di Madinah. Muchbir menyusul empat hari kemudian atau pada 29 Agustus 2015. Dia tergabung dengan Kloter SOC 23.
Di Madinah, Muchbir dan Tjawen sempat bertemu satu kali. Namun, keduanya kembali terpisah ketika Tjawen berangkat ke Makkah. Muchbir dan Tjawen pun tidak henti-hentinya mengucapkan hamdallah sebagai rasa syukur kepada Alah.
Keduanya pun mengatakan tidak kecewa terlambat berangkat ke tanah suci. Sebab, ada banyak hikmah dari keterlambatan ini. Keduanya punya teman baru dari daerah berbeda. "Sekarang juga punya cerita bertemu bapak dengan cara ini," ujar Tjawen.