Jumat 18 Sep 2015 19:52 WIB

Selama 18 Hari, 2.226 Jamaah Indonesia Tersesat

Petugas Haji
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Petugas Haji

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Seksi ‎Perlindungan Jamaah Daerah Kerja Makkah mencatat 2.226 kasus jamaah tersasar sejak jamaah asal Indonesia masuk ke Kota Makkah pada 30 Agustus 2015. Sebagian besar kasus tersasar terjadi di Masjidil Haram.

Kepala Seksi Perlindungan Jamaah Daker Makkah Letkol Jaetul Muchlis Basyir mengatakan, pantauan selama 18 hari ini, jamaah yang tersasar biasanya baru melaksanakan umrah pertama. Me‎reka belum mengenal situasi dan kondisi di lapangan.

Muchlis menerangkan sebagian besar jamaah bingung dengan banyaknya pintu di Masjidil Haram. Ketika terpisah dari rombongan usai melaksanakan tawaf dan sa'i, mereka ikut rombongan jamaah yang berada di depannya. "Terbawa arus rombongan jamaah yang berbeda. Ketika 500 meter dan rombongan jamaah ini semakin sedikit, mereka baru menyadari tersasar," ujar Muchlis seperti dilaporkan wartawan Republika.co.id, Ratna Puspita, Jumat (19/8).

Muchlis mengakui kasus jamaah tersasar semakin meningkat menyusul kepadatan jamaah di Masjidil Haram. Tidak hanya dari Indonesia, jamaah dari seluruh dunia sudah berada di Kota Makkah. Jamaah asal Indonesia yang bertubuh kerap tenggelam ketika beriringan dengan jamaah dari Mesir dan Turki.

Kondisi itu membuat jamaah terpisah dari rombongannya. Apalagi, sebagian besar dari mereka juga merupakan jamaah yang uzur atau lanjut usia. ‎"Hampir 70 persen, jamaah yang tersasar sudah tua. Biasanya, kami langsung antar ke pemondokannya," kata Muchlis.

Menurut Muchlis tidak ada kendala menemukan pemondokan jamaah yang tersesat. Hampir semua jamaah yang tersesat mengenakan identitas. Ada enam identitas yang melekat pada diri jamaah mulai dari kartu identitas jamaah, gelang yang memuat keterangan kloter, gelang maktab, kartu nomor bus, kartu nama hotel, dan gelang kesehatan.

Kalau pun tidak ada identitas, petugas dapat dengan mudah mencari pemondokan melalui sistem informasi dan komputerisasi haji terpadu (SISKOHAT). "Asalkan ada nama dan bin-nya," ujar Muchlis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement