Ahad 20 Sep 2015 19:44 WIB

Sembilan Pos Kesehatan Disebar di Arafah

Jamaah haji saat melaksanakan wukuf di Arafah.
Foto: Republika/Yogi Ardhi/ca
Jamaah haji saat melaksanakan wukuf di Arafah.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH --- Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan membuka sembilan pos kesehatan setingkat klinik di area perkemahan jamaah haji Indonesia di Padang Arafah. Klinik ini akan melayani jamaah yang sakit saat melakukan wukuf.

Pengendali Teknis Bidang Kesehatan Satuan Operasional Arafah dokter Purwakaning Purnomo Agung mengatakan, di pos-pos kesehatan tersebut akan ditempatkan dokter umum, dokter spesialis, perawat, tenaga surveilence, paramedis, dan apoteker.

“Kami juga akan melibatkan tenaga musiman atau temus sebagai tenaga evakuasi tanpa alat (Tepa) dan tenaga pengantar obat (Tepat),” kata Agung kepada wartawan Republika, EH Ismail, di Makkah, Arab Saudi, Ahad (20/9).

Dia melanjutkan, masing-masing pos pelayanan kesehatan akan dilengkapi dengan dua tempat tidur. Dia berharap, 18 tempat tidur tambahan tersebut bisa menambah kapasitas penanganan pasien di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Arafah yang hanya memiliki 10 tempat tidur.

Terobosan baru penyebaran pos kesehatan ini diharapkan pula bisa mencegah jamaah sakit mengalami dampak risiko yang lebih buruk. Alasannya, mungkin saja penyakit jamaah menjadi lebih parah lantaran tidak mengerti penanganan pertama atas gejala sakit yang diderita.

“Kalau posnya lebih banyak, pencegahan dan penanganan juga bisa lebih cepat. Petugas juga akan memberikan penyuluhan kepada jamaah atas kondisi di Arafah,” kata Agung.

Dia melanjutkan, saat wukuf pada Rabu (23/9), suhu udara siang hari di Arafah diperkirakan berkisar antara 40 sampai 45 derajat Celcius. Suhu panas ini akan cepat menguras stamina jamaah Indonesia yang tak terbiasa dengan suhu panas yang esktrem.

Karena itu, jamaah diimbau agar banyak minum air sehingga cairan yang hilang melalui keringat bisa tergantikan. Selain itu, jamaah juga disarankan mengkonsumsi kurma sebagai sumber energi dan glukosa yang cepat diserap tubuh. “Sehingga jamaah yang lemas itu cepat segar lagi,” ujarnya.

Agung menjelaskan, dalam kondisi normal tiap hari seseorang harus minum minimal dua liter air. Untuk itu, jamaah harus membawa air minum yang cukup agar tidak mengalami dehidrasi selama wukuf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement