Kamis 24 Sep 2015 20:44 WIB
Insiden Mina

Saksi: Ratusan Jamaah Indonesia Berada di Lorong Insiden Mina

Tragedi Mina
Foto: Ansyarullah
Tragedi Mina

REPUBLIKA.CO.ID, MINA --- Ratusan jamaah Indonesia dipastikan berada di lorong Jalan Arab 204 saat insiden maut terjadi pada Kamis (24/9) pagi. Kendati demikian, sejumlah saksi mata yang merupakan jamaah haji dari Tanah Air mengatakan, korban wafat umumnya berasal dari Mesir, Turki, dan Sudan.

“Dari identitasnya kan kelihatan, itu yang meninggal banyak yang dari Mesir, Turki, dan Sudan,” kata Ketua Rombongan 3 Kloter SOC 21 (Solo) Muslich, sesaat setelah kejadian.

Menurut Muslich, dia terpisah dari rombongannya yang berjumlah 45 orang pada saat jamaah panik dan berteriak-teriak. Sampai saat ini, dia tidak mengetahui kepastian nasib anggota rombongannya. “Rombongan terpencar-pencar, saya sendiri hampir pingsan,” katanya, seperti dilaporkan wartawan Republika.co.id, EH Ismail, langsung dari Makkah, Kamis (24/9).

Selain rombongannya, Muslich juga melihat rombongan haji dari Indonesia yang berada di Jalan Arab. Mereka bertujuan untuk melakukan pelemparan jumrah lebih pagi untuk mengindari sengatan sinar matahari yang panas. “Berangkatnya dari maktab-maktab setelah Shubuh,” kata dia.

Muslich melanjutkan, dia sebenarnya sudah mengingatkan dan meminta jamaah agar tidak dulu ke lokasi pelemparan jumrah. Alasannya, jadwal yang diberikan untuk jamaah Indonesia baru sekitar jam 08.00 atau jam 09.00 waktu Arab Saudi.

“Jamaahnya sudah tidak sabar, akhirnya saya yang terpaksa ikut jamaah padahal saya sedang sakit,” ujarnya.

Berdasarkan penglihatan matanya, kata Muslich, jamaah yang wafat umumnya jamaah yang sudah berusia tua dan menggunakan kursi roda. Mereka terinjak-injak dan terhimpit kursi roda akibat arus jamaah yang bergerak dari arah berlawanan.

Ketua rombongan kloter 48 Surabaya (SUB 48) Mugi yang ditemui terpisah mengatakan, dia dan puluhan anggota rombonganya berada di Jalan Arab 204 saat kejadian. “Banyak kok jamaah kita yang ada di jalan itu. Sekarang semuanya terpisah,” ujar Mugi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement