REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur ASLT Tour and Travel, Selal Ekinci berharap pemerintah Indonesia dapat menetapkan standar minimum umrah. Standarisasi ini dinilainya akan memberikan jaminan layanan terbaik bagi calon jamaah.
"Sekarang harga dolar naik, artinya biaya umrah akan naik. Tapi ada penyelenggara umrah dari Indonesia justru minta murah sementara menjanjikan kualitas bagus," kata pengusaha asal Turki ini kepada Republika.co.id, Kamis kemarin.
Situasi itu jelas perlu dipertanyakan. Ambil contoh ada penyelenggara umrah menawarkan paket plus Turki 1.500 dolar AS. Dari awal, penyelenggara tersebut minta murah tapi dengan kualitas bagus.
(Baca Juga: Asphurindo Usulkan Standar Minimum Umrah)
"Logikanya, apabila biaya tersebut dialokasikan untuk penerbangan, di Tanah Suci. Lalu penerbangan lagi menuju Turki, apa jamaah mau tinggal di Bandara," kata dia.
Selal mengatakan, umat Islam perlu lebih hati-hati dalam memilih penyelenggara umrah. Jangan cari murah, carilah penyelenggara terbaik. "Lebih baik menabung lebih lama, tapi tidak sengsara," kata dia.
"Pikir dulu ketika mau umrah, nabung tiga atau lima tahun. Saya sering melihat beberapa jamaah terlantar hanya karena murah."
Selal yang sudah lima tahun bekerjasama dengan penyelenggara umrah di Indonesia ini menyarankan agar umat Islam lebih detail menanyakan layanan selama di Tanah Suci kepada penyelenggara. Misalnya, memilih penginapan di Tanah Suci berapa jaraknya. Kemudian, di restoran mana jamaah makan.
"Jadi harus detail," kata dia.