Selasa 16 Aug 2016 04:51 WIB

Impikan Makkah dari Pinggiran Citanduy

Jamaah menuju Masjidil Haram, Makkah, untuk melaksanakan shalat Jumat pada 12 Agustus 2016.
Foto:
Padang Arafah tahun 1935. (source gahetna.nl)

Sepulang umrah tampak ada kepuasan di wajah Kiai Yusro. Ini tampak ketika dia menceritakan segala aktifitasnya selama di Makkah dan Madinah. Apa yang diimpikan semenjak masa kecilnya terwujud. Meski bukan pergi haji, dia sudah mampu hadir di sisi Ka’bah melalui umrah.‘’Ya senanglah. Tapi sayang saya harus naik kursi roda. Rasanya badan capai banget ketika tawaf dan sa’i,’’ ujarnya.

Namun keceriaan ini tak berlangsung lama. Sekitar satu setengah tahun ke depan Kia Yusro wafat. Tapi, dalam pertemuan silaturahim lebaran Idul Fitri setahun silam dia sebenarnya sudah memberikan isyarat atau perlambang bahwa tak lama lagi dia harus berangkat pulang ke haribaan Sang Khalik. Katanya,

 ''Allah belum mengabulkan permintaannya yang terkini. Apa permintaan itu..?'' Dia kemudian menjawab:”Ingin segera mati!”

‘’Lha permintaan ini memang beda dengan orang-orang yang datang ke sini yang minta didoakan agar  sukses dalam urusan dunia seperti  tak akan mati. Tapi saya beda, saya yang malah memilih minta mati malah tak dikabulkan. Mereka yang datang ke sini minta didoakan agar terus hidup, eh malah diberi Allah  mati. Nah, pasti ini belum masanya. Sabar saja,’’ katanya dengan nada datar dengan mengulum senyum.

Kiai Yusro mengaku tak lagi risau akan dunia ini. Tak lagi risau dengan anak dan isteri. Semua dipasrahkan kepada Allah selaku pihak ‘Maha Pelindung’. Menurut dia dengan menemui kematian maka itu menjadi fase awal bertemu dengan Allah. Tak ada kerisauan bila maut setiap saat datang menjemutnya.

Akhirnya, di awal Januari silam, malaikat maut benar-benar menjemput Kia Yusro. Kabar duka segera beredar. Keluarganya memang tampak sedih tapi mereka tegar menghadapinya. Yusro dimakamkan dengan upacara kebesaran ala seorang pengasuh pesantren. Dari masjid hingga tempat pemakamannya para santri dan mantan santrinya berjejer untuk secara estafet membopong jasadnya. Banyak orang meneteskan air mata melihat cara penguburan itu. Menurutnya hanya orang yang besar dan saleh yang dimakamkan dengan model seperti itu.

Yusro kini benar-benar berada di sisi Sang Khalik. Impian hajinya memang tak kesampaian. Padahal sudah banyak leluhur dia tercatat  pergi ke Makkah semenjak awal tahun 1900-an.  Malah ada yang meninggal dalam perjalanan ketika berhaji ke Makkah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement