Rabu 17 Aug 2016 04:53 WIB

Sukarno, H Agus Salim, dan Pengakuan Kalah Jenderal Spoor Setelah Kuasai Yogya

Sukarno dan H. Agus Salim di Brastagi.
Foto:
Mohamad Hatta bersama Sukarno di Yogyakarta pada 21 Desember 1949.

Dalam sitausai genting itu, Sukarno, Moh Hatta, H Agus Salim, Sjahrir dan para tokoh pendiri bangsa lainnya  mampu menunjukan 'mental kenegarawaannya'. Dia tahu bahwa incaran hukum tembak mengintainya. Pasukan bersenjata lengkap sudah mengepung rapat Istana. Dan ia pun tahu bila para pemimpin ini akan dituduh sebagai penjahat perang karena pernah berkolaborasi dengan Jepang ketika memperjuangkan terwujudnya kemerdekaan.

Dalam foto-foto lama yang menjadi koleksi berbagai museum di Belanda, tampak jelas H Agus Salim tetap bersikap tenang ketika ditangkap dan kemudian diterbangkan ke pengasingan bersama Sukarno dan para pemimpin Republik lainnya. Dia sempat terlihat bercakap-cakap dengan tentara Belanda di lapangan terbang Maguwo (kini Bandara Adi Sucipto) sesaat sebelum masuk ke pesawat terbang.

Ketegangan pun terus berlanjut ketika mereka sudah masuk ke dalam pesawat, bahkan hingga sudah dalam posisi pesawat mengudara. Saat itu para 'bapak bangsa' itu tak tahu ke mana mereka akan dibawa pergi. Memang sebelum masuk pesawat, mereka sudah bertanya kepada para komandan tentara yang menangkapnya mengenai tujuan penerbangannya. Tapi para komandan tentara saat itu menjawab dengan gelengan kepala dan berkata pendek: tak tahu!

Baru ketika pesawat sudah mengudara kapten kapal memberitahu mengenai arah penerbangan yang akan ditujunya. Itu pun oleh sang pilot tak dijawab serta merta sebab dia juga ternyata pada awalnya dia pun mengaku tak tahu. Jawaban itu baru dijawab oleh pilot setelah membuka secarik kertas di dalam amplop  yang terselip di belakang kursi pilot. Nah, setelah amplop dibuka dan kertas dibaca, para awak pesawat berserta penumpangnya baru tahu kemana pesawat akan diarahkan.

Dan setelah pesawat mendarat mereka di bawa ke sebuah vila yang ada di tepian danau Toba. Dalam foto-foto arsip itu kemudian tampak betapa kokohnya kepercayaan H Agus Salim. Muka dia tampak selalu berseri-seri menemani Sukarno dan para pemimpin lainya hidup dalam kurungan pembuangan. Bersama Sukarno, H Agus Salim tampak menikmati udara Prapat yang sejuk dan pemandangan indah danau Toba. Namun, situasi ini tak berlangsung lama, akibat munculnya berbagai usaha penyerbuan pejuang yang berusaha membebaskan mereka, Belanda kemudian memutuskan pemindahan tempat tahanan ke Pulau Bangka untuk disatukan dengan rombongan pengasingan rekan pemimpin Republik lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement