Selasa 23 Aug 2016 10:07 WIB

Jejak Uwais Alqarni

Didi Purwadi, Wartawan Republika
Foto: Dokumen Pribadi
Didi Purwadi, Wartawan Republika

Oleh: Didi Purwadi, Wartawan Republika

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lelaki usia kepala enam itu tampak kebingungan di tengah lautan manusia yang baru saja menunaikan ibadah shalat Jumat di Masjidil Haram pekan lalu. Dua askar yang diajak bicaranya pun tampak tak tahu harus berbuat apa-apa karena tidak mengerti bahasanya.

Suhu udara siang itu mencapai 40 derajat celcius. Tertahan lautan manusia yang berjalan perlahan karena saling berdesak-desakan, saya seakan ingin segera menghampiri bapak tua tersebut.

‘’Bapak Indonesia…?’’ teriakku dari jarak sekitar dua meter. Bapak tua itu menoleh ke arah saya, tapi tak menjawab pertanyaan saya. Wajahnya masih tampak bingung.

‘’Saya petugas haji Indonesia. Bapak ini Indonesia, biar saya yang tangani,’’ kata saya kepada Askar dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tapi, kedua Askar itu memahaminya dan membiarkan bapak tua itu pergi bersama saya.

*****

Ipda Vivi Novianti. Anggota Paminal Mabes Polri berkulit putih itu sangat bersemangat ketika menceritakan pengalamannya menjadi petugas sektor khusus di Masjidil Haram. Ceritanya mengalir deras seakan tanpa jeda apalagi titik.

‘’Saya sangat bersyukur bisa bertugas di sini. Ini pengalaman pertama saya,’’ kata Vivi saat berbagi cerita dengan tim Media Center Haji (MCH) Daker Makkah.

Vivi bertugas di Sektor Khusus Masjidil Haram yang terdiri atas 23 personel dari TNI-Polri, Tenaga Musiman dan tenaga kesehatan. Ditempatkan bersama Sertu Yanti di pos pintu masuk Marwah, Vivi tiap hari bekerja 12 jam menyisir apakah ada jamaah yang tersesat dan tak tahu jalan pulang ke pemondokan.

Vivi pun berkisah tentang pengalamannya bertemu dengan jamaah yang sama sekali buta dengan kondisi Masjidil Haram. Situasi semakin rumit karena jamaah yang tertinggal dari rombongan itu tak bisa berbahasa Indonesia dan tak tahu tata cara ibadah umrah.

Dia perlahan menuntun jamaah itu menyelesaikan ibadah umrahnya sebelum akhirnya menunjukkan arah pulang ke pemondokan.

‘’Ketika bisa mengantarkan jamaah sampai ketemu rombongannya, itu sungguh pengalaman luar biasa sekali. Saya sangat terharu menyaksikan momen itu,’’ kata Vivi dengan mata berkaca-kaca.

Cerita Vivi mengingatkan pada kisah pengorbanan seorang pemuda yang sangat taat kepada orang tuanya. Uwais Alqarni namanya. Karena ketaatannya pada orangtua, Uwais Alqarni rela menggendong ibunya yang sudah tak bisa jalan itu dari Yaman menuju Makkah melewati padang pasir untuk mewujudkan keinginan sang ibu menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.

Rasulullah pun memuji ketaatan Uwais Alqarni pada orangtuanya. “Dia seorang penduduk Yaman dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”

Jejak jejak Uwais Alqarni seolah hadir dalam bentuk lain. Hadir dalam diri Vivi yang rela bolak balik Safa Marwah hanya untuk menuntun jamaah haji ke arah jalan pulang ke pemondokan. Kesediaan membantu jamaah yang tertinggal rombongan itu menyelesaikan tahapan ibadah umrah.

*****

Nama bapak tua itu Mara Siregar. Dia masih diam ketika berhasil dipertemukan dengan teman rombongannya. Bapak tua itu hanya menatap kami dan tersenyum seakan ingin mengucapkan terima kasih. Di situ saya bisa merasakan mengapa Vivi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement