REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan bangga Nasrudin menenteng lidah kambing yang dibelinya dari pasar. Segeralah ia bawa lidah kambing kepada istrinya.
Namun, sore hari lidah kambing yang terbayang dipikirannya tak jua nyata di atas meja. Hanya ada kue. Nasrudin kesal.
Esok harinya, bertanyalah dia kepada sang istri. "Kemarin aku bawa lidah kambing. Aku suruh kamu memasaknya untuk santap malam. Tetapi nyatanya aku tidak kebagian. Kamu bawa kemana."
"Dimakan kucing," kata istirinya singkat.
Nasrudin segera pergi tanpa mau lagi mendengar alasan istrinya. Ia ambil kapak dari dapur.
"Buat apa kapak itu," tanya Istrinya.
"Lidah kambing saja yang seharga dua qurusy saja diambil. Apalagi kapak seharga empat qurusy".
Advertisement