Kamis 31 Aug 2017 17:47 WIB

Pesan dari Arafah

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Agung Sasongko
Siluet seorang jamaah haji di Jabal Rahmah melaksanakan wukuf di Padang Arafah, Kamis (31/8).
Foto: AP/ Khalil Hamra
Jamaah haji berkumpul untuk berdoa di sekitar Jabal Rahma, Arafah, Makkah, Arab Saudi, Kamis (31/8).

Dhuyufurahman, yang dimuliakan Allah swt.

Hari Arafah seperti ini merupakan wahana training spiritual bagi kita semua yang seharusnya berdampak pada peningkatan kualitas diri setelah selesai dan pulang ke Tanah Air. Inilah yang oleh ulama dikatakan sebagai indikasi haji yang mabrur saat kembali dari Tanah Suci kelakuannya menjadi lebih baik dibanding masa sebelum haji.

Saat di Arafah juga mengajarkan pada kita agar terbiasa untuk menghadirkan Allah dalam diri kita masing-masing. Ketika di sini kita seakan lupa segalanya dan Allah hadir begitu dekat hendaknya akan terbawa pulang sebagai hamba yang mampu menghadirkan Allah dalam sikap dan perbuatan. Merasa selalu dekat denganNya sehingga mampu menjadi alat kontrol terhadap perbuatannya. Nabi mengingatkan kita melalui ajaran Ihsan yang merupakan tindak lanjut dari keimanan dan keislaman kita.

Dengan kata lain, jika ingin kita dapat selalu istiqamah konsisten dalam sikap dan perilaku maka selain iman dan Islam dirasa perlu untuk melengkapinya dengan Ihsan. Ajaran Ihsan ini menjadikan diri ini merasa hidup dalam orbit Ilahi sehingga ke mana saja dan di mana saja serta dalam keadaaan apa saja selalu ingat Allah. Dia akan menjadi pengawas melekat pada diri sehingga mendorong untuk selalu berperilaku positif di mana saja, taat aturan meski tak ada polisi.

Suasana Arafah akan melahirkan cara beragama yang tidak berisi aneka fragman hidup tetapi melatih kita untuk berenang dalam samudra ilahi hidup serba ingat Tuhan.  Dengan ungkapan lain memberi penegasan agar masuk ke dalam Islam secara total.

Artinya: Hari orang-orang yang beriman, masuklah kami ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah Syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS Al Baqarah 108)

Sebagai akhir dari khutbah ini saya ingin menegaskan bahwa pada saat dan waktu yang hening dan sakral ini, kita hendaknya dapat muhasabah, untuk senantiasa meningatkan ketakwaan, menyadari tanggung jawab kemanusiaan kita, menghormati antar sesama, menjaga harmoni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan senantiasa menyadari hak dan kewajiban kita, baik sebagai pemimpin maupun rakyat biasa.

Revolusi mental untuk meneguhkan komitmen kebajikan antar sesama tanpa caci maki dan saling hina. Kita berharap agar rahmat, ridha dan ampunan Allah Swt  tercurah kepada kita semua, kepada warga bangsa, kepada para pemimpin kita, dan seluruh kaum muslimin sedunia. Mudah-mudahan kita dikaruniai haji yang mabrur, kembali ke Tanah Air dalam keadaan bersih dan suci bagaikan anak yang baru lahir.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement