IHRAM.CO.ID, BOYOLALI -- Pemulangan jamaah haji Indonesia dari Tanah Suci terus berlangsung. Sebanyak 16.778 anggota haji asal Jawa Tengah yang tergabung gelombang pertama juga telah dipulangkan ke daerahnya masing-masing setelah kedatangan rombongan kloter 47 asal Banyumas di Bandara Adi Soemarmo Boyolali, Jumat dini hari.
Menurut Kepala Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Solo, Afief Mundzir, rombongan anggota haji gelombang pertama yang terakhir kloter 47 sebanyak 360 jamaah tiba di bandara, pada pukul 00.15 WIB atau mengalami keterlambatan sekitar lima menit dari jadwal semula. Kada dia, dengan kedatangan haji kloter 47 tersebut gelombang pertama sudah selesai, sehingga jumlah jamaah yang sudah dipulangkan totalnya sebanyak 16.778 orang, sedangkan 13 orang masih tertunda kepulangannya ke Tanah Air, karena mereka sakit menjalani perawatan di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) Mekah.
"Kami kini memasuki pemulangan anggota haji gelombang kedua yakni kloter 48 hingga 95 yang akan berakhir hingga 6 Oktomber mendatang. Jumlah jamaah yang diberangkatkan total 33.892 orang ," kata Afief.
Menyinggung soal tingginya jamaah asal Debarkasi Solo yang meninggal di Tanah Suci, Afief menjelaskan jumlah jamaah Debarkasi Solo yang mininggal dunia pada penyelenggaraan ibadah haji 2017 ini, sebanyal 90 orang memang relatif naik dibanding tahun sebelumnya hanya 54 orang. Anggota haji Debarkasi yang meninggal di Tanah Suci dari data yang diterima melalui Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) di asrama haji Donohudan Boyolali, ada sebanyak 86 orang, sedangkan tiga orang meninggal di dalam pesawat sata perjalanan pulang ke Tanah Air, dan satu lainnya di asrama saat keberangkatan.
Menurut dia, meningkatnya jumlah jamaah meninggal di Tanah Suci tersebut dari hasil informasi laporan dokter pendamping kloter di Arab Saudi, kondisi fisik jamaah banyak yang menurun karena dampak dari kondisi cuaca ekstrem di Tanah Suci yang suhunya panas mencapai 45 derajat sehingga banyak yang mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. "Selain itu, sejumlah anggota haji yang memang sudah memiliki riwayat penyakitnya di Tanah Air, karena mengalami kelelahan dan dehidrasi dampak cuaca ekstrim," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, hal tersebut menjadi bahan evaluasi bersama bagaimana memberikan pemahaman kepada jamaah untuk memperbanyak minum karena kondisi cuaca panas untuk mengantispasi kekurangan cairan pada tubuh manusia. Namun, pihaknya harus mengakui memang jamaah haji Indonesia sangat sulit saat diminta untuk minum di tempat-tempat atau stand yang sudah disediakan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, sehingga jamaah wajar jika tingkat dehidrasinya lebih tinggi dibanding dari negara lain.