Selasa 10 Oct 2017 16:30 WIB

Pelaku Bisnis Travel Harus Antisipasi Kemajuan IT

Pengamat Timur Tengah Ikhwanul Kiram Mashuri menyampaikan pemaparan di Muker Himpuh, di Surabaya (10/10).
Foto: muhammad subarkah
Pengamat Timur Tengah Ikhwanul Kiram Mashuri menyampaikan pemaparan di Muker Himpuh, di Surabaya (10/10).

SURABAYA – Pengamat Timur Tengah Ikhwanul Kiram Mashuri para pelaku bisnis penyelenggaraan umrah dan haji harus mulai mengantisipasi perkembangan kemajuan tenologi informasi. Apalagi secara faktual kini terjadi perubahan yang signifikan di Arab Saudi.

‘’Di Arab Saudi kini terjadi perubahan paradigma akibat perubahan zaman. Kini generasi ketiga yang mengambil peran dalam pembangunan negara itu. Akibatnya, layanan mulai berubah tidak seperti zaman dulu lagi. Misalnya dalam layanan visa kini mereka sudah menggunakan teknologi informasi,’’ kata Ikhwanul Kiram pada acara disksui di Musyawarah Kerja Himpuh, di Surabaya (10/10).

Perubahan yang paling kentara di Arab Saudi adalah ditunjuknya PangeranMahkota yang baru berusia 32 tahun. Padahal di sisi lain, Raja Salman kini sudah berusia 82 tahun. Jadi mau tidak mau ada perubahan paradigma pengaturan pemerintahan yang dramatis.

‘’Hebatnya, putra mahkota yang sangat muda itu begitu aktif mengatasi berbagai persoalan sehingga sering dijuluki ‘Mr Everything’. Uniknya, apa yang dilakukan atau digagas putra mahkota langsung disetujui oleh Raja Salman,’’ kata Ikhwanul.

Terkait soal haji dan umrah, Ikhwanul mengatakan pemerintah Arab Saudi juga sudah mencanangkan visi Arab Saudi 2030. Dan salah satu sasarannya adalah menjadikan ajang haji dan umrah sebagai salah satu sarana mendatangkan devisi bagi negara tersebut.

Akibatnya, akan terjadi pembangunan besar-besaran baik di kota Makkah, Madinah, dan kota-kota di Arab Saudi. Sasaran jumlah jamaah haji juga dinaikkan berlipat-lipat. Dengan kata sederhana haji dan umrah akan dikaitkan dengan industri jasa pariwisata. Umrah dan haji dianggap bukan hanya sebagai ibadah saja.

‘’Untuk haji jumlah jamaahnya yang kini hanya sekitar 2,4 juta sekarang, nanti di tahun 2030 menjadi lebih dari 7 juta orang. Sedangkan umrah yang setiap tahunnya hanya 7 juta jamaah, maka nantinya ditargetkan menjad 30 juta orang. Jadi naik hingga empat kali lipat. Pengurusan visa umrah dan haji juga sudah memakai teknologi informasi, misalnya memakai fasilitas E-Haj, ’’ tegas Ikhwan.

Sementara pengamat teknologi informasi, Izan Nuralam mengatakan ke depan mau tidak mau para pengelola travel umrah dan haji merubah paradigma dengan memasuki dunia informasi teknologi. Apalagi dengan memakai teknologi informasi maka penanganan kepada jamaah dan pengelolaan bisnisnya menjadi semakin optimal dan efisien.

‘’Dengan memakai teknologi informasi maka pelayanan kepada jamaah akan semakin baik. Teknologi ini bisa dipakai untuk memastikan layanan visa, hotel, katering, akomodasi, dan lainnya. Jadi kemajuan teknologi memang akan mempengaruhi bahkan menentukan pengelolaan dan layanan sebuah bisnis travel,’’ kata Izan.

Wakil Ketua Komisi VIII Sodik Mudjahid menegaskan memang teknologi informasi harus semakin banyak bersentuhan dengan teknologi informasi. Misalnya dalam soal pendaftaran haji seharusnya sudah memakai sistem ‘on line’.

‘’Setahun lalu kami di DPR sudah sampaikan agar pendaftaran haji melalui sistem on line saja. Tapi ternyata belum bisa dilakukan dengan beberapa alasan aturan maupun hal teknis. Namun bagaimanapun mau tidak mau sistem  teknoloi informasi ini harus kita pakai,’’ kata Sodik.

Meski begitu, lanjut Sodik, memakai  teknologi apa pun hendaknya nanti penyelenggaraan ibadah umrah dan haji harus bisa lebih menyenangkan. Dan bila memakai teknologi informasi layanan menjadi semakin baik sehingga pasar layanan haji dan umrah di dalam negeri tidak jatuh ke tangan perusahaan asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement