Rabu 18 Jul 2018 12:36 WIB

Memburu Doa Jamaah Haji

Pengantar jamaah haji berharap bisa menyusul beribadah ke Tanah Suci.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Suasana warga pengantar jamaah haji memadati Jalan Embarkasi Haji Donohudan.Di batasi teralis pagar warga pengantar jamaah haji  bergantian untuk berbincang dengan jamaah haji yang hendak berangkat ke tanah suci
Foto: Republika/Andrian Saputra
Suasana warga pengantar jamaah haji memadati Jalan Embarkasi Haji Donohudan.Di batasi teralis pagar warga pengantar jamaah haji bergantian untuk berbincang dengan jamaah haji yang hendak berangkat ke tanah suci

IHRAM.CO.ID, BOYOLALI -- Kerumunan warga pengantar jamaah haji memadati sepanjang Jalan Raya Embarkasi Haji, Asrama Haji Donohudan, Boyolali. Mereka berdesak-desakan, berupaya untuk berdiri paling dekat dengan terali pagar Asrama Haji Donohudan.

Tak peduli terik panas matahari, warga rela terus berdiri berdesak-deskan di luar asrama. Mereka berharap bisa bertatap wajah dan berkomunikasi dengan sanak keluarganya sebelum diterbangkan ke Tanah Suci.

Kondisi itu sudah terjadi sejak kelompok terbang pertama dari Kabupaten Tegal masuk ke Asrama Haji Donohudan. Bahkan di hari kedua, warga pengantar jamaah haji dari Kabupaten Batang membeludak hingga menutup sebagian Jalan Embarkasi Haji.

Adanya aturan dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Solo yang melarang warga pengantar jamaah haji masuk ke area Asrama Haji Donohudan membuat warga hanya bisa mengantar rombongan jamaah haji sampai ke depan pintu gerbang. Sujipto misalnya, ia datang bersama keluarga besarnya dari Kabupaten Batang dengan mencarter dua unit bus.

Sejak subuh, Sujipto sudah berada di area luar Asrama Haji Donohudan. Sesampainya di depan gerbang Asrama Haji Donohudan, Sutjipto sempat meminta izin kepada petugas untuk bertemu dengan keluarganya, meski kemudian tak diizinkan.

photo
Sejumlah calon haji mengenakan pakaian ihram saat pemberangkatan ke tanah suci Makkah di Embarkasi Adi Soemarmo, Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah. Foto: File

Alhasil, ia pun menelepon saudaranya agar bisa bertemu sebelum berangkat ke Tanah Suci. Di luar asrama, ia rela berdesak-desakan di tengah terik panas matahari dengan warga lainnya agar bisa berdiri dekat terali besi. Tujuannya agar ia dapat dengan mudah bertemu dan berkomunikasi dengan keluarganya yang akan pergi menyempurnakan rukun Islam dengan berhaji. 

Baginya, mengantar jamaah haji telah menjadi tradisi. Selain itu, ia pun ingin mencari berkah dengan mengantarkan jamaah haji.

Saling mendoakan, yang biasa dilakukan jamaah haji dengan pengantar jamaah haji menjadi momentum berharga baginya. “Ngalap berkahnya saja saya kan belum haji, ya saling doakan semoga saudara saya selamat dan tahun depan saya bisa juga berangkat. Kalau sudah ketemu dan saya pamit sih ya sudah saya pulang,” kata Sutjipto kepada Republika.co.id, Selasa (17/7).

Begitupun dengan Witono yang turut serta mengantarkan enam orang keluarganya yang berangkat haji tahun ini. Bahkan rangkaian mengantar jamaah haji telah dimulainya sejak jamaah menuju kabupaten.

Witono pun rela berdesak-desakan di depan pagar asrama haji agar dapat berbincang dengan keluarganya. Tak cuma berpamitan dan saling mendoakan, Witono pun bahkan memberikan camilan ringan untuk keluaganya yang hendak berangkat haji. Witono hanya berharap PPIH Embarkasi Solo bisa menyediakan atap berteduh di sekitar pagar luar Asrama Haji Donohudan agar warga pengantar jamaah tak kepanasan.

photo
Seorang jamaah calon haji menyalami keluarga dari balik pagar Embarkasi Haji Adisumarmo, Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah.

“Yang seperti ini sudah tradisi ya, minta doa sama yang mau berangkat haji supaya bisa menyusul pergi haji juga dan yang mengantar juga mendoakan, membuat gembiralah. Bagi saya tak apa-apa tak boleh masuk juga, tapi kalau bisa diberi fasilitas terutama buat berteduh jadikan tetap nyaman,” ujarnya.

Membeludaknya warga pengantar jamaah haji menjadi berkah tersendiri bagi pedagang hingga pemilik penginapan yang ada disekitar Asrama Haji Donohudan. Sebab banyak warga pengantar jamaah haji yang memilih menyewa kamar penginapan untuk beristirahat.

Sugi misalnya, yang menyewakan kamar di rumahnya untuk tempat menginap warga pengantar jamaah haji. Ia pun memasang tarif Rp 500 ribu per kendaraan warga pengantar jamaah haji.

Banyak juga warga pengantar jamaah haji yang sekadar menumpang istirahat di pelataran rumahnya, meski demikian kata Sugi hal tersebut juga berdampak secara ekonomi. Sebab biasanya warga pengantar jamaah haji juga membeli makanan yang dijualnya di depan penginapan.

photo

“Kalau musim haji memang saya buka saja penginapan, biasanya yang menginap yang mengantar dari daerah pesisir Tegal, Pekalongan, Pemalang. Dari parkirnya, jualan juga ada pemasukan,” tuturnya.

Kepala Humas PPIH Embarkasi Solo, Afif Munzir menegaskan agar warga pengantar jamaah haji tak memasuki area asrama haji. Hal tersebut dimaksudkan agar tak mengganggu proses persiapan jamaah haji yang sudah memasuki asrama.

Tak hanya itu, PPIH Embarkasi Solo pun melarang jamaah keluar dari asrama haji bahkan untuk sekadar membeli makanan. Menurutnya, seluruh fasilitas telah disediakan di dalam asrama haji, termasuk area untuk berbelanja makanan ringan.

“Kami tetap membatasi masyarakat atau keluarga jamaah, kecuali memang dalam kondisi sangat penting. Selama untuk mengantarkan saja, maka screening itu betul-betul kita laksanakan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement