Senin 04 Feb 2019 15:42 WIB

Rekam Biometrik dan Bagasi Berbayar Perlu Jadi Perhatian

Dua kebijakan yang saling berhubungan itu tidak menguntungkan jamaah dari sisi waktu.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Andi Nur Aminah
Jamaah Umrah sedang menunggu antrean rekam biometrik di salah satu cabang VFS Tasheel, Blok M, Jakarta Selatan.
Foto: Republika/Muhammad Ikhwanuddin
Jamaah Umrah sedang menunggu antrean rekam biometrik di salah satu cabang VFS Tasheel, Blok M, Jakarta Selatan.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Perekaman biometrik oleh VFS Tasheel dinilai memberatkan jamaah untuk berangkat umrah. Selain itu, kebijakan bagasi berbayar juga dianggap menambah ongkos jamaah umrah yang berasal dari daerah yang jauh.

Wakil Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji, Muharom Ahmad mengatakan, dua kebijakan yang saling berhubungan itu tidak menguntungkan jamaah dari sisi waktu dan biaya. "Untuk jamaah dari kota-kota di luar embarkasi sangat menambah repot juga karena bagasi jamaah umrah ini tidak sedikit," katanya kepada Republika.co.id, Senin (4/2).

Baca Juga

Ia beralasan, bagasi jamaah yang tidak sedikit dikarenakan jamaah yang perlu beribadah di Arab Saudi selama kurang lebih sembilan hingga belasan hari. Dalam hal ini, dia berharap kepada pemerintah dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk mempertimbangkan kebijakan rekam biometrik dan bagasi berbayar.

Menurutnya, kedua hal tersebut sangat penting mengingat jumlah jamaah umrah asal Indonesia yang begitu banyak. "Orang Papua rekam biometrik saja ongkosnya Rp 6 juta pulang-pergi. Kalau dia nanti berangkat umrah harus bayar lagi untuk bagasi, saya kira itu memberatkan sekali dari segi waktu dan biaya," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement