Sabtu 06 Jul 2019 20:40 WIB

Perlu Ada Antisipasi di Mina

Situasi di Mina sangat padat sehingga perlu ada antisipasi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agung Sasongko
Jamaah haji dari berbagai negara mendatangi jamarat untuk melempar jumrah di hari kedua tasyrik di Mina, Arab Saudi, Rabu (22/8)
Foto: Reuters
Jamaah haji dari berbagai negara mendatangi jamarat untuk melempar jumrah di hari kedua tasyrik di Mina, Arab Saudi, Rabu (22/8)

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA -- Pemerintah akan kembali memberangkatkan jamaah haji ke Tanah Suci pada 2019. Dengan jamaah mencapai 231 ribu orang—setelah ditambah 10 ribu, diharapkan pelaksanaan haji tahun ini berjalan lancar dan sukses.

Penyelenggaraan haji tahun ini pun diharapkan bisa lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya. Wartawan Republika, Iit Septyaningsih, berkesempatan membahas hal tersebut dengan Pengamat Haji yang sebelumnya juga menjabat sebagai komisioner di Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Syamsul Maarif. Berikut petikannya.

Bagaimana persiapan pemberangkatan haji tahun ini?

Sejauh pemantauan saya, secara umum persiapannya masih seperti dulu. Hanya ada beberapa hal yang perlu lebih diperhatikan.

Pertama, karena tampaknya penambahan kuota ini kalau tidak disikapi dengan serius akan menjadi masalah besar, terutama dari aspek di Mina. Kalau di Arafah mungkin masih cukup tempatnya, tapi di Mina perlu diantisipasi. Sebelumnya saja sudah terlalu penuh.

Jadi, kalau bisa, harus ada jalan keluar, misalnya jamaah haji yang pondok atau hotelnya dekat dari Jamarat Mina, ada semacam keringanan agar kembali saja ke pondoknya sehingga tidak harus tinggal di Mina seperti biasa. Ini demi mengurangi kepadatan di Mina.

Kedua, harus diperhatikan pula situasi di Arab Saudi yang kabarnya panasnya sekarang cukup luar biasa. Maka semua petugas kloter dan nonkloter harus terus ingatkan jamaah supaya tidak terlalu memforsir tenaganya untuk melakukan aktivitas yang tidak perlu.

Ketiga, tahun ini pemerintah menerapkan sistem zonasi untuk jamaah haji. Jadi, ada semacam zona per daerah. Di satu sisi, sistem tersebut positif untuk memudahkan komunikasi, tetapi di sisi lain terkesan ego sektoral kedaerahan menonjol. Hal itu karena, misalnya, dari Jawa Tengah dapat (pondok) yang dekat-dekat, sementara dari Jakarta agak jauh. Hanya saja, secara umum sudah maksimal. Mudah-mudahan hasilnya juga maksimal karena semua sudah dilakukan secara baik. Tinggal nanti kita lihat.

Bagaimana persiapan penanganan jamaah haji risiko tinggi (risti)?

Kita pernah usulkan kepada pemerintah, supaya ada semacam kekhususan bagi jamaah haji risti dan lansia (lanjut usia) yang usianya sudah 70 tahun lebih. Kita usulkan agar lamanya mereka di Tanah Suci tidak sama dengan jamaah haji lain yang mencapai 39 sampai 40 hari.

Jadi, kalau bisa, kepulangan mereka dipercepat. Setelah melakukan seluruh rangkaian ibadah haji, sebaiknya pemerintah memulangkan mereka karena dikhawatirkan berisiko bila terlalu lama di sana. Hanya saja usul tersebut saat ini belum dilakukan sehingga jamaah haji risti harus betulbetul diantisipasi, sebab biasanya orang jatuh sakit parah ketika sehabis melaksanakan ibadah haji. Maka setelah melakukan seluruh prosesi haji, seharusnya mereka dipastikan untuk beristirahat menghemat tenaga. Jangan diforsir untuk kegiatankegiatan yang tidak bermanfaat.

Apa yang perlu diperhatikan agar petugas haji tahun ini dapat memberikan pelayanan secara maksimal?

Pimpinan atau ketua penyelenggara hajinya harus benar-benar melakukan evaluasi dari waktu ke waktu. Tahun kemarin, masih ada petugas haji yang tugasnya tidak jelas. Maka tahun ini harus dimaksimalkan, apalagi jumlah jamaah hajinya lebih banyak. Kalau ada calon petugas haji yang tugasnya tidak maksimal, harus langsung dievaluasi.

Jangan sampai para petugas yang sudah dibayar oleh pemerintah tersebut malah tidak bisa maksimal ketika di sana (Arab Saudi). Selanjutnya, antara petugas haji dari Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama harus sinkron satu arah. Harus satu kesatuan. Jangan saling mendominasi.

Apa saja permasalahan haji sebelumnya yang tidak boleh sampai terulang tahun ini?

Tahun lalu ada kejadian jamaah haji sampai bubar kembali ke Indonesia, tidak mengikuti prosesi haji, tidak wukuf di Arafah dan tidak dibadalkan. Jadi, saya berharap Pemerintah Indonesia tahun ini memastikan untuk menghajikan semua orang yang sudah datang ke Arab Saudi, jangan sampai ada jamaah yang tidak dihajikan.

Pada 2018, ada 15 jamaah yang mengalami kejadian itu. Ini kesalahan fatal pemerintah dan harus menjadi pelajaran. Kesalahan ini tidak boleh diulangi. Sekalipun ada jamaah yang sakit, tetap bawa ke Arafah untuk diwukufkan.

Apa harapan Anda untuk penyelenggaraan ibadah haji tahun ini?

Tentu saya berharap agar penyelenggaraan haji tahun ini lebih sukses dibandingkan tahun sebelumnya walaupun tidak ada pengawas eksternal, kecuali anggota DPR (Dewan Per wakilan Rakyat). Maka, fungsi peng awasan internal harus diperkuat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement