Rabu 24 Jul 2019 18:04 WIB

'Marbut Masjid Nabawi Mengambil Alquranku'

Jamaah haji Indonesia menuturkan pengalaman tentang perlakuan marbut Masjid Nabawi.

Rep: Syahruddin El-Fikri/ Red: Hasanul Rizqa
Sejumlah umat muslim bertadarus Alquran di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Rabu (8/5/2019).
Foto:

Mushaf Alquran yang berwarna hijau merupakan wakaf. "Waqfu lillahi ta’ala min khaadimil haramain asy-Syariif, Al Malik Sulaiman bin Abdul Aziz bin Aali Suud, wa laa yajuuzu bay’uhu." Demikian tertulis pada sampulnya. Artinya, mushaf Alquran itu adalah wakaf dari Raja Sulaiman bin Abd Aziz Aali Su’ud, Sang Pelayan Dua Tanah Suci. Mushaf ini tidak untuk diperjualbelikan.

Bentuk huruf pada mushaf ini ditulis dengan khat naskhi. Tidak ada warna lain pada huruf-hurufnya, seperti yang biasa ditemukan pada mushaf Alquran edisi kekinian di toko-toko buku Tanah Air. Pada sampul akhir, terdapat penjelasan tambahan tentang riwayat mushaf tersebut.

Adapun yang mushaf yang kedua disebut sebagai At-Tafsir wal Muyassar. Huruf Alqurannya jauh lebih kecil, tetapi di kelilingnya ada tafsir atau penjelasannya.

photo
Mushaf Alquran wakaf. Disebut pula mushaf At-Tafsir wal Muyassar. Tampak sampul berwarna dominan cokelat. (Republika/Syahruddin El-Fikri)

Kedua jenis mushaf ini tidak menyajikan doa khatmil Quran. “Tapi selama Anda punya smartphone, Anda bisa menemukan beragam doa khatmil Quran di internet. Mau yang panjang atau pendek, ada semua,” ujar Muhib.

Berapa pun mushafnya, teks Alquran tetap hanya ada satu. Sebab, periwayatannya yang mutawatir dan terjaga. Inilah salah satu mukjizat dari Allah Ta'ala.

Selain soal tipe mushaf, ada pula Alquran yang dilengkapi terjemahan. Banyak mushaf demikian tertata rapi di rak besar pada pilar-pilar Masjid Nabawi. Keberadaannya melengkapi pilihan bagi jamaah.

Muhib kembali pada ceritanya. Sesudah "insiden" itu, ia sempat melihat kembali sang marbut yang tadi mengambil mushaf Alqurannya. Tampak ia masih merapikan sebuah rak di bagian lain.

“Saya kira marbut-marbut berbaju biru itu memiliki tugas yang, antara lain, merapikan sekaligus 'mengamankan' mushaf yang berbeda dengan mushaf wakaf sang raja. Termasuk mushaf yang saya baca pada Maghrib itu,” ucap Muhib.

Bagaimanapun, dia mengakui sudah merelakan mushaf Alquran miliknya berpindah tangan.

photo
Ahmad Muhibuddin (kiri) saat bersama dengan Ihram.co.id di pelataran Masjid Nabawi, Madinah, Rabu (24/7)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement