Senin 19 Aug 2019 15:30 WIB

Bandara Taif Bisa Kurangi Masa Tinggal Jamaah Haji

Ada rencana menggunakan Bandara Taif untuk penerbangan haji.

Menteri Agama sekaligus Amirul Hajj Lukman Hakim Saifuddin (berbaju dan peci hitam) saat berdoa untuk keselamatan jamaah haji Indonesia yang akan pulang ke Tanah Air, Sabtu (17/8).
Foto: Muhammad Hafil
Menteri Agama sekaligus Amirul Hajj Lukman Hakim Saifuddin (berbaju dan peci hitam) saat berdoa untuk keselamatan jamaah haji Indonesia yang akan pulang ke Tanah Air, Sabtu (17/8).

IHRAM.CO.ID, Muhammad Hafil dari Makkah, Arab Saudi

MAKKAH – Penggunaan bandara tambahan di luar Bandara King Abdul Aziz di Jeddah dan Bandara Prince Muhammad di Madinah untuk kedatangan dan kepulangan jamaah haji dinilai memiliki banyak manfaat. Salah satunya, bisa mengurangi masa tinggal jamaah haji di Arab Saudi.

Baca Juga

“Ada rencana pakai bandara di Taif (dekat Makkah) dan bandara di Tabuk (dekat Madinah). Hanya dengan memperbanyak bandara (masa tinggal jamaah haji di Saudi dikurangi),” kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Senin (19/8).

Namun, jika tidak ada penambahan bandara, lanjut Lukman, nyaris mustahil untuk masa tinggal jamaah haji di Arab Saudi dipercepat. Karena, selama penyelenggaraan ibadah haji ini bertolak belakang dengan hukum ekonomi di mana beli banyak bisa murah.

“Tapi kalau haji jamaah banyak jatuhnya tetap mahal. 200 ribu lebih jamaah tidak bisa mengandalkan penerbangan reguler. Maka caranya dengan charter. Charter pesawat tetap jatuhnya mahal. Karena charter jamaah bayar empat trip. Pesawat yang charter tidak boleh diisi orang maupun barang. Jadi setiap penumpang bayar empat kali perjalanan,” kata Lukman.

Selain itu, dari sisi lamanya, dari dua bandara (Jeddah dan Madinah) jamaah Indonesia hanya bisa 14 kali penerbangan per hari karena antre dengan negara lainnya.  Dari 14 kali penerbangan itu, rata-rata ada 2. 400 orang jamaah.

“Itu makanya ada 529 kloter. Ini antre. Kecuali ada bandara sendiri khusus Indonesia.  Jadi jadwalnya 40 hari. Susah dipendekin masa tinggalnya,” kata Lukman.

Sementara, Dubes RI untuk Arab Saudi, Agus Mahfuh Abegebriel mengatakan, soal masa tinggal ini, memang terkait dengan penerbangan haji. Namun, dia yakin ke depannya masa tinggal jamaah di Arab Saudi bisa dikurangi.

“Saya kira soal waktu itu bisa dan kita akan terus lobi. Karena haji itu kan lima hari. Yang lama menanti gilirannya karena pesawat peak season. Tapi saya rasa sangat mungkin (masa tinggal dikurangi) karena Arab Saudi terus melakukan inovasi baru membuat ibadah haji ini semakin nyaman,” kata Agus.

Menurut Agus, Pemerintah Arab Saudi akan terus membuat pelayanan yang istimewa untuk penyelenggaraan ibadah haji. Termasuk, soal masalah transportasi jamaah.

Pada tahun lalu, Tim Teknis Urusan Haji (TUH) KJRI Jeddah dan Tim Panja BPIH Komisi VIII DPR melakukan survey ke  kantor General Authority of Civil Aviation (GACA) di Airport Taif Arab Saudi. Hasilnya, Ali Taher selaku ketua Tim Panja BPIH komisi VIII DPR RI menyampaikan kepada anggotanya dan para Staf Teknis Haji KJRI Jeddah bahwa bandara Thaif  ini sangat kecil, jadi belum bisa kita gunakan untuk jemaah haji Indonesia, sebaiknya digunakan jemaah umrah saja.

Saat ini, Bandara  Taif dalam seharinya mendapatkan kedatangan 20 maskapai domestik dan internasional, untuk ruang kedatangan penerbangan domestik menampung kapasitas 370 orang, sedangkan  kapasitas kedatangan internasional sejumlah 350 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement