Selasa 10 Sep 2019 17:00 WIB

Visa Umrah Berbayar, Himpuh: Jangan Hanya Uang Dipikirkan

Himpuh menilai penetapan visa berbayar membebankan jamaah.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum Himpuh, Ahmad Baluki
Foto: Maman Sudiaman/Republika
Ketua Umum Himpuh, Ahmad Baluki

IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) menyesalkan penetapan biaya sebesar 300 SAR atau Rp 1,2 juta sebagai kompensasi dari pengurangan visa progesif umrah dan haji.    

"Yang keluar justru malah barang baru lagi seakan visa progresif itu tidak dihapuskan," kata Ketua Umum Himpuh Baluki Ahmad saat dihubungi Republika.co.id,  di Jakarta, Selasa (10/9).

Baca Juga

Menurutnya, setelah Raja Salman mengeluarkan dekrit tentang penghapusan visa progresif, sekarang ini visa umrah tidak lagi murah, malah menjadi mahal. 

Karena kata dia, siapapun orangnya yang ingin pergi umrah harus membayar visa sebesar 300 SAR, padahal selama ini visa digratiskan.

"Karena pemerintah Saudi Sudah menentukan ada biaya visa. Jadi visa itu sudah dikenakan biaya yang selama ini visa itu selalu ditulis majjanan atau free," katanya. 

Menurutnya, dekrit Raja Salman tentang penghapusan visa sangat memberatkan umat Islam yang ingin berangkat umrah. Karena kalau sebelumnya visa progresif diberlakukan kepada pihak-pihak tertentu, kini dengan kententuan baru itu semua harus membayar harga visa. "Visa progresif itu hanya untuk orang perorang. Sekarang ini semua dipukul rata," katanya. 

Baluki mengatakan, dengan ditetapkannya harga visa sebesar 300 SAR, Pemerintah Saudi mengambil keuntungan begitu besar dari penyelenggaraan ibadah umrah untuk menjadi pemasukan negaranya. 

"Jumlahnya sangat luar biasa besar diterima Pemerintah Saudi. Jadi kalau satu juta dikali tiga ratus real biaya visa berapa income yang diterima Pemerintah Saudi," katanya.

Menurutnya, hal tersebut memang menjadi kebijakan Raja Saudi. Akan tetapi, jika ingin menetapkan biaya administrasi untuk permohonan visa umrah jangan terlalu mahal. Menurutnya harga visa umrah tidak jauh beda dengan harga visa untuk wisata sebesar 500 SAR

"Kalau visa untuk jalan-jalan fine kita tidak masalah. Akan tetapi ini kan dalam rangka ibadah menuju rumah Allah," katanya.

Seharusnya, kata dia, pemerintah Saudi tidak mengeluarkan kebijakan yang memberatkan umat Islam secara finansial menuju rumah Allah. Karena Makkah dan Madinnah tempat ibadah umat Islam seluruh dunia. “Jangan nilai uang saja yang dipikirkan," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement