REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Setidaknya 24 ribu jamaah telah melaksanakan umroh sejak Masjidil Haram dibuka kembali untuk jamaah pada 4 Oktober 2020. Sementara itu, tidak ada kasus penyakit Covid-19 yang dilaporkan dari jamaah umroh sejauh ini.
Presidensi Umum Urusan Dua Masjid Suci pada Rabu (7/10) mengatakan langkah-langkah kesehatan dan keselamatan yang ketat telah diberlakukan untuk melindungi jamaah dan membantu menghentikan penyebaran virus. Juru bicara presidensi Hani Haider mengatakan, rencana langkah pencegahan untuk umroh di tengah pandemi Covid-19 didasarkan pada perlindungan, sanitasi, manajemen kepadatan jamaah, dan peningkatan kesadaran.
"Kami sudah menyiapkan empat tempat isolasi bagi jamaah dengan gejala mencurigakan. Namun, dugaan kasus Covid-19 belum dilaporkan," kata Haider, dilansir di Arab News, Kamis (8/10).
Untuk memastikan jarak sosial diterapkan, presidensi telah menetapkan jalur khusus bagi para lansia (lanjut usia) dan penyandang disabilitas guna membantu mereka menjalankan ibadah umrah dengan aman. Haider mengatakan upaya dikonsentrasikan pada sanitasi Masjidil Haram dan arena di sekitarnya.
Setidaknya, 4.000 pekerja dikerahkan untuk melakukan rata-rata 10 kali pembersihan sehari. Lebih dari 1.800 liter disinfektan dan pembersih ramah lingkungan juga digunakan untuk membersihkan toilet enam kali setiap hari.
Sistem pendingin udara dan filter dibersihkan sembilan kali setiap hari menggunakan teknologi sanitasi ultraviolet, dan lebih dari 200 perangkat pembersih tangan telah didistribusikan di sekitar Masjidil Haram.
Sementara itu, larangan terkait makanan dan minuman di Masjidil Haram tetap berlaku. Namun, presidensi menggunakan teknologi terbaru untuk mendistribusikan kembali wadah air zamzam sambil mempertahankan tindakan pencegahan dan mencegah kontak antarjamaah.