Dua pria Rohingya dalam kelompok terakhir mengatakan bahwa mereka akan ke pulau itu dengan sukarela. Nur Kamal, seorang Rohingya dari kamp pengungsi raksasa Kutupalang, mengatakan bahwa dia akan bersama kerabatnya di Bhashan Char. "Apa gunanya tinggal di sini (di kamp) tanpa mereka?," kata dia.
Sementara itu, Serajul Islam mengatakan dia akan pergi dengan lima anggota keluarga dan tidak dipaksa. "Cara komunitas internasional menangani masalah kami, saya tidak melihat masa depan di kamp," katanya dari bus yang membawanya ke Chittagong.
"Lebih baik aku pergi dan menjalani sisa hidupku di sana di perumahan yang lebih baik. Setidaknya aku tidak perlu memikirkan tentang banjir selama musim hujan dan panas yang tak tertahankan di musim panas," ujarnya menambahkan.
Lebih dari 700 ribu Muslim Rohingya memadati kamp-kamp di Bangladesh pada 2017 setelah tindakan keras militer Myanmar. Setelah pemindahan pertama pada 4 Desember, beberapa orang Rohingya mengatakan bahwa mereka dipukuli dan diintimidasi untuk setuju pindah.
Pemerintah Bangladesh akhirnya ingin menempatkan 100 ribu Rohingya di pulau seluas 13.000 acre (56 kilometer persegi) itu, meskipun ada kritik dari kelompok hak asasi karena Bhashan Char sangat terisolasi.
PBB mengatakan belum terlibat dalam proses tersebut. "Tuduhan dari dalam komunitas tentang insentif tunai yang ditawarkan kepada keluarga Rohingya untuk pindah ke Bhashan Char serta penggunaan taktik intimidasi membuat proses relokasi dipertanyakan," kata juru kampanye Amnesty International Asia Selatan Saad Hammadi.