IHRAM.CO.ID, YANGON, Myanmar -- Myanmar telah menyaksikan tindakan paling keras terhadap pengunjuk rasa pro-demokrasi pada Sabtu ketika rezim militer yang berkuasa menunjukkan kekuatannya pada Hari Angkatan Bersenjata dan menewaskan sedikitnya 50 orang.
Junta, dalam pesan yang disiarkan televisi pada Jumat malam, memperingatkan para pengunjuk rasa tentang risiko ditembak di kepala dan punggung jika mereka melanjutkan demonstrasi anti-kudeta.
Namun, ketika para pengunjuk rasa menentang ancaman junta dan turun ke jalan di kota-kota di seluruh negeri pada Sabtu, mereka menghadapi tindakan keras oleh pasukan keamanan.
Myanmar Now, media terkemuka di negara itu, melaporkan bahwa mereka telah memverifikasi kematian 50 warga sipil di 23 kota di delapan dari 15 wilayah pada Sabtu siang.
Sedikitnya delapan orang juga telah ditembak mati di kota Dala, Yangon, pada Jumat larut malam, ketika pasukan keamanan menggunakan kekerasan terhadap kerumunan yang menuntut polisi untuk membebaskan dua wanita yang ditahan karena berpartisipasi dalam protes anti-kudeta.
Dewan Keamanan Nasional, yang dibentuk dan dipimpin oleh panglima militer Jenderal Min Aung Hlaing setelah kudeta 1 Februari, telah meningkatkan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa yang menuntut segera diakhirinya kekuasaan militer.
Setidaknya 328 pengunjuk rasa telah dibunuh oleh pasukan keamanan sejak kudeta 1 Februari hingga Jumat kemarin, menurut Asosiasi Tahanan Politik, sebuah kelompok aktivis yang berbasis di Thailand.