IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari 1.000 orang yang terlantar karena pertempuran di Kotapraja Demoso, Negara Bagian Kayah, Myanmar, sangat membutuhkan tempat berlindung seiring datangnya hujan lebat.
Para pengungsi juga sangat membutuhkan alas tidur serta pasokan medis.
Salah satu warga yang melarikan diri, Maung Woe, mengungkapkan kelompok yang bergerak di bidang distribusi bantuan belum sampai ke penduduk desa.
“Kini kami tidak memiliki tempat berlindung dari hujan. Anak-anak dan lansia terkena flu dan diare karena ini,” kata Maung kepada media lokal Myanmar Now, Rabu, seperti dilansir Anadolu Agency.
Para warga Desa Li Woe, Kayah, tersebut meninggalkan rumah mereka pada awal Mei.
Mereka sempat kembali ke desanya, tetapi terpaksa melarikan diri lagi setelah bentrok antara militer Myanmar dan kelompok perlawanan lokal di wilayah sekitar.
Saat ini, kekerasan sudah berhenti sejak militer dan kelompok perlawanan lokal menyepakati gencatan senjata, tetapi ketegangan tetap dirasa tinggi.
Maung khawatir akan terjadi lebih banyak bentrokan yang mengakibatkan seluruh penduduk desa mengungsi dalam jangka panjang.
Artinya, kata Maung, para penduduk desa akan mulai kehabisan makanan.
Rezim kudeta menggunakan jet tempur dan artileri jarak jauh dalam serangan di Kayah dan warga sekitarnya.
Tentara Myanmar juga dilaporkan menargetkan warga sipil serta menghancurkan pasokan medis dan makanan para pengungsi.
Puluhan warga sipil dilaporkan tewas, sementara warga lainnya disiksa dan ditangkap.
Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.
Hingga 23 Juni, kelompok masyarakat sipil mencatat 877 orang tewas sejak kudeta militer di Myanmar.