IHRAM.CO.ID, -- Kondisi Mynmar masih terus panas berdarah-darah. Kali ini dikabarkan sebanyak enam warga sipil tewas ketika pasukan junta menyerang dengan senjata berat.
Tindakan itu dilakukan setelah para tentara menggunakan drone untuk melakukan pengawasan terhadap gerakan penduduk desa anti-rezim di Kotapraja Yinmabin di Wilayah Sagaing pada Selasa malam.
Seperti dilaporkan irrawaddy.com, peristiwa itu terjadi setelah pukul 06.00 sore. Pada hari Selasa kemarin (20/4), sekitar 200 tentara tiba di Desa Thigon dari Desa Wingon dan mulai menembak.
"Tentara memicu bentrokan dengan penduduk desa," kata warga Yinmabin, Ko Soe. “Namun, mereka [tentara] menggunakan artileri dan pasukan rakyat mundur. Usai bentrok, mereka melakukan penggerebekan dari rumah ke rumah di desa tadi malam. Banyak warga desa yang melarikan diri dan masih bersembunyi hingga [Rabu] pagi,” katanya.
Dia mengatakan enam warga sipil dipastikan tewas dan sekitar setengah lusin terluka. Beberapa penduduk desa ditangkap.
“Kami masih mengumpulkan korban. Mereka menggunakan drone untuk melakukan pengawasan terhadap pergerakan orang dan kemudian menembaki lokasi mereka menggunakan RPG [granat berpeluncur roket],” katanya.
Warga lainnya mengatakan ada laporan bahwa pasukan junta telah terbunuh, tetapi Irrawaddy tidak dapat memastikannya.
Unjuk rasa menolak kekuasaan militer dan tindakan keras junta yang fatal terhadap pengunjuk rasa anti-rezim sudah berlangsung sejak kudeta 1 Februari, lalu.
Para penduduk di kota-kota di Mynmar seperti Kale, Tamu, Taze, Pale, Salingyi, Mingin, Kani, dan Yinmabin di Wilayah Sagaing saat itu telah mulai melawan pasukan rezim dengan senjata yang sederhana.
Penduduk Desa Thapyayaye di Yinmabin telah melawan pasukan junta dengan senjata api tradisional buatan sendiri.
Di perbatasan utara Kotapraja Yinmabin minggu lalu, penduduk desa melakukan tindakan perlawanan terhadap pasukan junta. Korban dilaporkan jatuh di kedua sisi pada hari Sabtu.
Di Kotapraja Kani di sebelah barat Sungai Chindwin, Petugas Waran Kelas 2 Soe Soe Aung juga telah terbunuh ketika dia terkena peluru timah yang ditembakkan dari senjata api rakitan tradisional.
Menurut berita MWD yang dikelola pemerintah, junta menuduh penduduk desa membunuh petugas tersebut. Ini menyusul serangan bersenjata dan penggerebekan pasukan junta kepada para penduduk.
Tindakan tersebut setidaknya terjadi di empat desa di Kotapraja Kani dan setidaknya tiga desa di Kotapraja Yinmabin.
Warga sampai kini belum kembali ke rumah mereka. Enam warga sipil tewas pada 15 April itu, dan setidaknya dua orang tewas di kota-kota setiap hari sejak itu.
Penduduk mengatakan total sedikitnya 16 orang telah tewas sejak pekan lalu, termasuk seorang biksu.