Kamis 08 Apr 2021 05:07 WIB

Pengalaman Umroh Yang Tak Biasa Saat Pandemi

Umroh masa pandemi

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Muhammad Subarkah
Jamaah umroh bertawaf di sekitar Ka
Foto:

Alfiah mulai melaksanakan umroh bersama rombongannya yang terdiri dari 24 orang dan satu orang muassasah.

Ketika di pintu masjid, pihak muassasah akan memperlihatkan barcode kepada petugas. Ibadah Umroh hanya bisa dilakukan sekali. Setelah ritual tawaf dan sa’i, para jamah tidak bisa lagi memasuki wilayah tersebut.

Selain itu, keterbatasan lain yang dirasakan adalah terbatasnya air zam-zam. Para jamaah tidak bisa langsung mengambil dari dispenser, harus petugas yang melayani.

Bahkan, di Masjid Nabawi tidak ada penyediaan air zam-zam dan saat mereka pulang, mereka tidak membawa air zam-zam.

Tak hanya waktu umroh yang dibatasi, waktu di dalam raudhah Masjid Nabawi juga dibatasi hanya 30 menit. Alfiah menekankan para jamaah yang shalat di masjid harus membawa mukena dan sajadah karena area masjid tidak menyediakan peralatan ibadah.

Situasi di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi juga sangat sepi. “Sangat sedikit toko-toko yang buka. Hotel pun hanya bintang lima saja yang buka, bintang tiga tutup. Jadi, benar-benar sepi,” ucap dia.

Peraturan di hotel juga berbeda saat sebelum pandemi. Setiap kamar hanya bisa diisi oleh dua orang.

Para jamaah juga tidak bisa membeli makanan sembarang, pihak hotel menyiapkan makanan berupa nasi box yang diantar di setiap kamar tiga kali sehari.

Namun, terkadang, mereka harus menunggu lama karena makanan bisa datang telat. Sebab, karyawan hotel sangat terbatas yang bekerja.

“Kita juga harus pakai masker ke mana-mana, wajib. Kalau nggak pakai, kena denda 500 ribu riyal Saudi,” kata dia.

Lebih lanjut, proses pemulangan dari Saudi menuju tanah air kata dia sedikit lebih rumit. Karena saat itu pemerintah Indonesia belum menerapkan wajib karantina selama lima hari, Alfiah dan rombongan tidak dikarantina.

Selain itu, hasil tes usap yang dilakukan di Saudi saat karantina masih berlaku selama 14 hari.

“Saat tiba di Indonesia, di bandara, harus dicek beberapa dokumen. Turun dari pesawat kita antre pengecekan e-HAC lalu antre pemeriksaan validasi hasil tes usap. Karena masih berlaku, kita tidak usah tes lagi,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement