Sabtu 12 Jun 2021 10:30 WIB

Perjalanan ke Surga: Menunggang Kuda Poni Cendana Sumba

Perjalanan ke surga: Mengapa Sumba menyukai kuda poni Cendana

Anak-anak  Sumba dengan kudanya. Hampir setiap anak di Sumba dulu pernah naik kuda, tapi sekarang sangat sedikit yang bahkan pernah duduk di atas kuda
Foto:

Perdagangan kuda 

Salah satu dari delapan ras kuda resmi yang dikukuhkan di Indonesia adalah kuda poni Cendana. Binatang ini memiliki telinga kecil, leher berotot pendek, dan punggung luar biasa panjang. 

Silsilah mereka berasal dari abad kedelapan ketika para pedagang dari Cina pertama kali mengunjungi Indonesia. “Mereka disebut kuda cendana karena orang Cina menukar kuda poni Mongolia dengan kayu cendana dengan penduduk setempat,” kata Carol 

Sharpe, seorang ahli menunggang kuda alami dari Australia yang mendirikan kandang kuda di Nihi Sumba kepada Al Jazeera. “Kemudian mereka dikembangbiakkan dengan kuda-kuda Arab yang dibawa oleh para pedagang dari Timur Tengah. Kuda milik orang Arab secara alami adalah kuda yang sangat lincah, sementara kuda orang Mongolia juga cepat tetapi lebih kekar dengan lebih banyak stamina. Jadi ini adalah campuran yang sangat baik. " katanya.

Tetapi, Sharpe menyatakan, kuda Cendana ini menjadi tidak baik untuk dikembangbiakan karena perawakan mereka yang kecil, mungkin karena kekurangan gizi selama berabad-abad. Ada banyak rumput di pulau itu, tetapi sebagian besar tidak bergizi.” 

Tetapi orang Sumba, yang menganut Katolik atau Islam yang dibumbui dengan animisme, menemukan banyak kegunaan lain untuk kuda poni: transportasi, simbol status, pembayaran mas kawin, pengorbanan untuk pemakaman dan sebagai kendaraan untuk menyimpan kekayaan.

Pada 1930-an, penjajah Belanda memperkenalkan pacuan kuda bergaya sirkuit ke pulau itu. Industri penangkaran kuda pacu yang menyilangkan poni Cendana dengan Australian Thoroughbreds juga muncul dan kini didominasi oleh orang Indonesia keturunan Tionghoa. 

Tetapi banyak peternak di Sumba yang kurang memperhatikan kesejahteraan hewan mereka. “Persilangan ini mengalami banyak masalah punggung karena memulai balapan terlalu dini. Saya telah melihat anak kuda semuda 12 atau 18 bulan di trek. Mereka juga mengganggu mereka, menyuntikkan steroid dan memberi mereka minuman energi atau kopi sebelum balapan,” kata menurut Sharpe.

A ride to heaven: Why Sumba loves the Sandalwood pony | Arts and Culture  News – Breaking News, World Latest News, India News, Today's News, India  Latest Stories

Keterangan foto: Rumput yang ditawarkan di Sumba tidak terlalu bergizi dan dianggap sebagai salah satu penyebab kecilnya ukuran kuda poni Cendana [Ian Neubauer/Al Jazeera] 

“Lebih dari itu, mereka membiarkan kudanya berlari liar di masa sulit untuk menghemat uang untuk pakan. Mereka cenderung bisa hidup atau bertahan lama. Pada tahun 2019 kami mengalami kekeringan yang mengerikan. Kuda-kuda berjatuhan seperti lalat,” ujar Sharpe.

 

sumber : Alhazeera.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement