Kamis 22 Jul 2021 09:31 WIB

Kazan, Simbol Toleransi di Rusia

Secara geografis, Kazan tidak terlalu jauh dari Moskow, ibu kota Rusia.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
 Wisatawan mengunjungi Masjid Qolsharif, di Kremlin abad ke-16, atau benteng, salah satu situs warisan dunia UNESCO selama Piala Dunia 2018 sepak bola di Kazan, Rusia, Jumat, 29 Juni 2018. (
Foto:

 

 

Kazan, sebagaimana kebanyakan kota lain di Rusia, saat ini telah berbalik badan meninggalkan sisi komunis dan mulai merangkul ekonomi kapitalis. Di belakang gedung parlemen Tatarstan, misalnya, dibangun sebuah apartemen dengan eksterior Renaissance Perancis. 

 

Menuruni perbukitan, tampak kompleks perumahan mewah berwarna pastel dan menyebar di sepanjang Sungai Kazanka. Kawasan ini kabarnya paling mahal, tapi paling laris di Kazan. Saat ini, Kazan tidak hanya terbuka untuk teater, musik, maupun museum kelas dunia.

 

 

Setiap tahunnya, kota ini menggelar festival internasional dalam hal opera, balet, film Muslim, dan musik. Festival tahunan musik kontemporer Eropa-Asia mempertemukan komposer dan pemain musik dari seluruh Rusia, Prancis, Amerika Serikat, Tiongkok, Mongolia, Tajikistan, dan negara-negara lain. 

 

Di jantung kota bersejarah ini terdapat Bauman Street, sebuah jalan sepanjang satu kilometer yang menghubungkan kremlin menuju pusat perbelanjaan dan kompleks hiburan. Dihiasi tokotoko, restoran, kafe, dan klub malam, jalan ini sungguh gemerlap. 

 

 

Pada saat yang sama, muncul kekhawatiran pada sebagian warga Kazan terkait merebaknya kapitalisme ini. Ada seorang politikus sekaligus penyair setempat yang berpendapat, ada baiknya Kazan mencontoh negara-negara Asia, seperti Jepang dan Korea Selatan. Dua negara di Asia Timur ini dinilai memiliki standar hidup yang tinggi, tapi berhasil melestarikan adat dan tradisi mereka. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement