Jumat 13 Aug 2021 01:55 WIB

Prestasi dan Reputasi Salahuddin Al Ayyubi

Pada 2 Oktober 1187, Salahuddin Al Ayyubi merebut Yerusalem.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
 Benten Salahuddin Al-Ayyubi di Kairo, Mesir.
Foto:

Dan syair telah memainkan peran sentral dalam budaya Arab selama berabad-abad. Banyak pengagum kontemporer Salahuddin mengekspresikan diri mereka dalam syair yang kompleks dan berkembang selama tahun 1920-an dan 1930-an dengan daya tarik politik yang kuat menggunakan cerita Salahuddin.

Demikian pula, Zionis semakin dicap sebagai tentara salib zaman akhir dan, setelah berdirinya Israel pada tahun 1948, negara itu ditandai oleh nasionalis Arab sebagai penerus Negara Tentara Salib, memperkuat asosiasi sejarah itu.

Di Barat, 'perang salib' adalah peristiwa dalam sejarah yang jauh, atau kata dengan konotasi moral yang positif, terlepas dari perang suci abad pertengahan. Namun, di Timur Tengah, ia mewakili memori dan metafora yang begitu mengakar sehingga tidak dapat diubah, terutama di benak orang-orang Muslim yang terlibat dalam konflik dengan Barat.

Berbeda dengan tindakan tentara salib ketika mereka merebut Yerusalem dari kaum Muslim pada 1099 selama Perang Salib Pertama, Salahuddin tidak membantai penduduk kota tetapi malah menebus mereka. Diplomasi mengambil peran penting selama Perang Salib Ketiga.

Tentara salib mengagumi sikap seorang Muslim seperti sopan santun terhadap wanita, dan kedermawanan. Salahuddin kemudian dianggap sebagai tolok ukur kemurahan hati, dan disebutkan dalam panduan perilaku ksatria.

Salahuddin sendiri menempati jalan tengah yang unik. Hampir tidak mungkin untuk memikirkan sosok lain yang memberikan pukulan telak bagi suatu umat dan sebuah keyakinan (Kristen) serta penaklukan Yerusalem, namun begitu dikagumi oleh orang-orang yang ditaklukkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement