Rabu 13 Oct 2021 03:56 WIB

Colombus, Perang Salib, dan Ketakutannya pada Islam

Penyeberangan Atlantik Columbus adalah ketakutan dan kebencian terhadap Islam.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Penjelajahan Colombus (ilustrasi)

Dalam hal itulah, Alan Mikhail mempertanyakan soal bagaimana menjelaskan sesuatu yang begitu aneh itu? Jawabannya terletak pada sejarah panjang Perang Salib melawan Islam di Columbus dan Eropa.

Perang agama selama berabad-abad, dan meningkatnya gangguan Utsmani dan Muslim lainnya di tahun-tahun setelah 1453, membentuk gagasan Islam sebagai musuh di benak Columbus, Cortés, ribuan orang Eropa lainnya yang memerangi Muslim di Dunia Lama, dan orang Indian Amerika di Dunia Baru. Sepanjang hidup mereka, orang-orang ini telah belajar bahwa Muslim adalah musuh utama mereka.

Di mata pikiran mereka, muncul citra seorang Muslim non-kulit putih. Orang-orang Eropa kembali pada kerangka kerja ini untuk memahami musuh baru yang mereka hadapi di Amerika. Orang Eropa menganggap Muslim dan penduduk asli Amerika sebagai sesuatu yang terkait dalam rantai kontinuitas yang saat ini tampak tidak masuk akal.

"Sejarah yang sebagian besar terlupakan ini penting. Pandangan dunia yang anti-Islam adalah cetakan yang membentuk pemahaman Eropa tentang ras dan etnis di Amerika, serta konsep peperangan di Belahan Barat," papar Mikhail.

Karena itu, diperlukan pemahaman tentang sejarah Amerika dan khususnya sejarah penduduk asli Amerika. Ketika orang Eropa dan kulit putih Amerika mengarahkan pola pikir Perang Salib yang suka berperang melawan penduduk asli Amerika, mereka juga menggunakan ikonografi Pribumi ke dalam cara perang mereka. Misalnya, saat Amerika menerbangkan helikopter Apache dan Kiowa di atas Afghanistan, Angkatan Laut meluncurkan rudal Tomahawk ke sasaran Suriah, dan helikopter Black Hawk mengangkut Navy SEAL dalam serangan malam hari di Pakistan yang menewaskan Osama bin Laden, dengan nama sandi Geronimo. 

 

Yang tertanam dalam nama-nama ini, dan dalam perang ini, adalah sejarah melalui garis yang kembali ke Columbus. Mengenali sejarah budaya yang tampaknya berbeda namun terikat ini membantu meletakkan dasar bagi pandangan yang lebih kaya tentang masa lalu dan bentuk-bentuk baru solidaritas, pemikiran dan tindakan kolektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement