Selasa 19 Oct 2021 05:06 WIB

Syekh Ihsan Dahlan Al-Jampesi Dai yang Produktif (I)

Seiring kesukaannya menyantap aneka bacaan, tumbuh pula hobi menulis dalam dirinya.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ulama tempo dulu mengajar para santrinya.
Foto:

Dengan latar belakang demikian, tidak mengherankan bila dirinya tumbuh sebagai pribadi yang saleh. Ihsan Dahlan kecil mendapat kan pendidikan agama Islam dari kedua orang tuanya. Mereka mengajarkannya untuk menyukai pustaka.

Alhasil, sejak muda anak lelaki ini terkenal suka membaca. Motonya, Tiada hari tanpa membaca. Buku-buku yang dikajinya memuat beraneka ragam topik. Mulai dari ilmu-ilmu agama hingga umum. Ada yang berbahasa Indonesia. Tidak sedikit pula yang menggunakan bahasa Arab.

Seiring kesukaannya menyantap aneka bacaan, tumbuh pula hobi menulis dalam dirinya. Waktu senggangnya kerap dimanfaatkan untuk mengulang bacaan dan membuat beragam catatan. Dari buah pikirnya, lahirlah naskah-naskah yang berbobot. Ia sangat senang mengkaji ilmu-ilmu agama atau yang bersangkutan dengan sejarah pesantren serta syiar Islam di Jawa. 

Dalam usia yang terbilang muda 29 tahun ia telah menghasilkan karya. Pada tahun 1930, Ihsan menulis sebuah kitab dalam bidang ilmu falak atau astronomi. Judulnya ialah Tashrih al- Ibarat. Isinya mengomentari secara kritis dan menjelaskan kitab Natijat al-Miqat karangan KH Ahmad Dahlan, Semarang.

Kira-kira dua tahun kemudian, ulama muda ini kembali menerbitkan buku. Kitab bertopik ilmu tasawuf itu diberi judul Siraj ath-Thalibin. Di kemudian hari, karya tersebut tidak hanya mengharumkan namanya atau Pondok Pesantren Jampes, tetapi juga seluruh bangsa Indonesia. Sebab, Siraj ath-Thalibin menjadi rujukan banyak lembaga pendidikan Islam, baik di dalam maupun luar negeri. Sebagai contoh, Universitas al-Azhar yang memakai kitab itu untuk dikaji para mahasiswa dan dosen.

Pada tahun 1944, penyuka ilmu perdalangan itu mengarang sebuah kitab yang diberi judul Manahij al-Amdad. Isinya mengulas kitab Irsyad al-Ibad ilaa Sabili al-Rasyad karya Syekh Zainuddin al-Malibari (982 H), seorang ulama asal Pantai Malabar, India. Buku itu cukup tebal, yakni mencapai 1.036 halaman. Itu pun baru berupa naskahnya yang belum diluncurkan.

Selain Siraj ath-Thalibin dan Manahij al- Amdad, masih banyak lagi karya-karya sang pengasuh Ponpes Jampes. Di antaranya adalah kitab Irsyad al-Ikhwan fii Syurbati al-Qahwati wa ad- Dukhan. Risalah itu secara khusus membi carakan perihal meminum kopi dan merokok dari segi syariat Islam. Buku yang berarti 'kitab yang membahas kopi dan rokok' itu tampaknya ditulis karena pengalaman hidupnya sendiri tatkala masih berusia remaja muda.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement