Jumat 29 Oct 2021 00:15 WIB

Polemik Bahasa Urdu di India

Polemik bahasa Urdu di India yang diasosiasikan bahasa Muslim.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Muslim berpartisipasi dalam prosesi untuk menandai Idul Fitri, peringatan kelahiran Nabi Muhammad, di Hyderabad, India, Selasa, 19 Oktober 2021.
Foto:

Namun banyak yang percaya bahwa hal itu juga telah berubah di India yang terpolarisasi secara agama. Setelah kontroversi FabIndia, banyak pengguna media sosial membagikan meme yang menampilkan dialog dan lagu Bollywood populer, menggantikan kata-kata Urdu mereka dengan bahasa Hindi dalam upaya untuk menunjukkan bahwa efeknya tidak sama.

Penulis skenario Javed Siddiqui, yang telah menulis beberapa film Bollywood, mengatakan, bahasa Urdu memiliki posisi yang lebih baik daripada bahasa lain mana pun di industri film India dan bahwa tren berubah dalam beberapa dekade terakhir. Namun Siddiqui menambahkan, pengaruh bahasa Urdu dalam budaya populer India akan selalu ada.

"Anda tidak dapat menulis (lagu apa pun) tanpa 'dil' (hati dalam bahasa Urdu) dan 'mohabbat', 'ishq' (keduanya berarti cinta dalam bahasa Urdu) dan seterusnya. Saya tidak berpikir ada kekurangan kata dalam bahasa Hindi atau tidak memiliki kata-kata tetapi fonetik dan musik yang dimiliki Urdu, tidak ada bahasa lain yang dapat menyediakannya," katanya.

Penulis Urdu legendaris Saadat Hasan Manto, yang meninggal pada tahun 1955, mungkin menyimpulkannya dengan baik. "Mengapa umat Hindu membuang-buang waktu untuk mendukung bahasa Hindi, dan mengapa umat Islam begitu mengesampingkan pelestarian bahasa Urdu? Sebuah bahasa tidak dibuat, ia membuat dirinya sendiri. Dan tidak ada upaya manusia yang bisa membunuh bahasa," ujar Siddiqui.

Selama pemerintahan Mughal 400 tahun di anak benua India, bahasa Persia adalah bahasa resmi pemerintahan. Ketika British East India Company mulai memerintah India pada pertengahan abad ke-19, ia menggantikan bahasa Persia dengan bahasa Inggris di tingkat administrasi yang lebih tinggi dan bahasa lokal di tingkat yang lebih rendah.

"Sejak 1857 dan seterusnya, perselisihan Hindi-Urdu ini terjadi, khususnya di negara bagian Uttar Pradesh saat ini, yang berlanjut hingga 1900," kata Mohammad Sajjad, seorang profesor sejarah di Universitas Muslim Aligarh di negara bagian yang sama.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement